Selasa 07 Feb 2017 16:36 WIB

Waspada Doctor Shopping

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Dokter yang sedang memeriksa Anak di Rumah Sakit (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Dokter yang sedang memeriksa Anak di Rumah Sakit (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Keputusan untuk berobat atau mengecek kesehatan ke dokter memang dinilai baik. Namun, ada kebiasaan yang harus diwaspadai oleh masyarakat, yaitu doctor shopping. Di mana seseorang cenderung berobat dengan pindah-pindah dokter.

Ahli Kesehatan UGM, Sri Mulatsih, mengatakan bahwa kebiasaan ini banyak dialami oleh ibu-ibu. Saat anaknya sakit mereka membawa buah hati ke dokter yang berbeda-beda. "Ibu-ibu kalau berobat sekali ke dokter, lalu anaknya belum sembuh, pasti besoknya akan bawa anak berobat ke dokter yang lain. Terus begitu sampai anaknya sembuh," kata Sri saat ditemui di Graha Alumni FK UGM, belum lama ini.

Sikap seperti ini, menurut dia, dilatarbelakangi oleh aspek psikologis para ibu. Para ibu merasa sangat cemas, lalu tidak percaya kepada pengobatan yang diberikan oleh dokter. Padahal, siklus penyembuhan pada tubuh anak membutuhkan proses dan bisa berhari-hari.

Misalnya, pada hari pertama anak dibawa berobat pada dokter A. Lalu belum sembuh pada hari kedua, dan langsung dibawa ke dokter B. Di hari ketiga, setelah anak berobat ke dokter C, sakitnya sudah sembuh. Kemudian ibu mensugesti dirinya sendiri bahwa anak cocok diobati oleh dokter C. "Padahal bisa jadi, siklus pemulihan anak itu memang tiga hari. Dan sembuh pada hari ketga secara alami. Bukan karena berobat pada dokter C," kata Sri. Kebiasaan doctor shopping ini, ujarnya, bisa berdampak buruk pada kesehatan anak. Di antaranya resistansi antibiotik.

Karena konsumsi obatnya tidak tuntas. Sebab, obat yang diberikan oleh dokter satu dan dokter yang lain berbeda-beda. Maka itu, Sri mengimbau agar masyarakat tetap berobat pada satu dokter saat mengonsultasikan sebuah penyakit. "Lebih baik, kalau mau berobat lagi ya kembali ke dokter pertama. Agar dokter tersebut bisa mengevaluasi hasil diagnosanya," kata ahli onkologi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement