Rabu 02 Aug 2017 11:39 WIB

Ketum ICMI Sambut Baik Dzikir Kebangsaan Jadi Agenda Tahunan

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshidiqie
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshidiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia(ICMI), Prof Jimly Asshiddiqie mengapresiasi acara Dzikir Kebangsaan yang diselenggarakan Majelis Dzikir Hubbul Wahton (MDHW) di Istana Negara, Selasa(1/8) malam. Ia pun menyembut baik jika Dzikir Kebangsaan itu menjadi agenda tahunan.

"Kalau menjadi tradisi, itu berarti pendekatan kebudayaan dalam dakwah yang dilakukan Kiai Maruf dan kawan-kawan itu bagus. Jadi simbol Islam masuk ke istana, tapi juga simbol kebudayaan, simbol damai. Nah itu bagus itu," ujar Prof Jimly kepada Republika.co.id, Rabu (2/8).

Ia yakin Presiden Joko Widodo pun akan menyetujui jika acara yang diinisasi Ketum MUI KH Maruf Amin tersebut akan dijadikan agenda tahunan Istana. Apalagi, menurut dia, acara zikir itu mempunyai makna simbolis yang sangat dalam. "Nah, kalau presidennya setuju menyelenggarakan yang pertama ini, ya kurang lebih saya rasa dia setuju juga untuk setahun sekali. Jadi bulan Agustus itu kita awali dengan zikir, ingat kepada Allah," ucapnya.

Dikatakan Jimly, Soekarno sebagai presiden pertama juga berinisiatif menyelenggarakan paling tidak dua kali upacara keagamaandalam setahun, yaitu Maulid Nabi dan juga Isra Miraj. Karena itu, jika Presiden Jokowi menjadikan Dzikir Kebangsaan sebagai agenda rutin tahunan, maka manfaatnya sangat besar.

"Ya manfaatnya besar, memberi makna simbolik bahwa menjadi Indonesia itu tidak jauh dari pesan-pesan moral keagamaan. Terutama zikir, kan secara simbolik dekat dengan umat Islam," kata dia.

Jimly menambahkan, kegiatan zikir yang diikuti ratusan ulama itu juga menggambarkan semangat kemerdekaan bahwa Pancasila dan keislaman tidak terpisahkan. Menurut dia, keduanya merupakan rahmat bagi semua rakyat Indonesia, sehingga orang yang hidup di Indonesia bisa memilih keyakinan agama apa pun.

"Itu menggambarkan bahwa memang semangat kemerdekaan kita dulu memang tidak terpisahkan. Pancasila dan keislaman itu jangan diadu domba, jangan dipisahkan, tapi Pancasila dan keislaman yang universal. Yang menjadi rahmat bagi semua," tegas Jimly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement