Sabtu 09 Dec 2017 15:08 WIB

Bupati Jepara Ajak Tokoh Agama Perangi HIV/AIDS

Red: Andi Nur Aminah
Seorang warga melakukan cek VCT atau tes HIV/AIDS dalam rangka peringatan Hari Aids Sedunia yang diselenggarakan oleh Forum LSM Peduli AIDS di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Ahad (3/12).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang warga melakukan cek VCT atau tes HIV/AIDS dalam rangka peringatan Hari Aids Sedunia yang diselenggarakan oleh Forum LSM Peduli AIDS di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Ahad (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA -- Bupati Jepara Ahmad Marzuqi mengajak semua tokoh agama di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, untuk ikut memerangi penyebaran penyakit HIV/AID lewat pengobatan rohani. "Setiap kali berceramah di depan jamaah, kami harapkan para tokoh agama juga ikut dorong jamaah agar meningkatkan keimanan dan menghindari perbuatan zina," ujarnya di Jepara, Sabtu (9/12).

Ia berharap ceramah para tokoh agama yang selalu mengulas tentang larangan berzina maupun mendekati perbuatan zina, penyebaran HIV/AIDS di Jepara bisa ditekan. Untuk meningkatkan keimanan masyarakat, dia mengatakan, tentu bisa dilakukan para tokoh agama lewat berbagai cara, sehingga masyarakat benar-benar menghindari perbuatan dosa, salah satunya perzinahan. "Selain menjauhi seks bebas, masyarakat juga diimbau untuk menjauhi penggunaan narkoba, jarum suntik secara bergantian, dan pertahankan keluarga," ujarnya.

Ia mengakui setiap kali diundang masyarakat untuk berceramah soal keagamaan selalu menyinggung soal HIV/AIDS dengan harapan masyarakat menyadari bahwa perbuatan zina, selain dosa besar juga bisa berisiko tertular virus memastikan. Menurut dia, untuk memberantas penyebaran penyakit HIV/AIDS memang membutuhkan dukungan seluruh komponen pemerintah, ormas, tokoh agama, tokoh masyarakat, pendidik dan seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Jepara, untuk bekerja bersama, bersinergi dan menentukan langkah strategis dalam menekan bahkan mengurangi kasus HIV/AIDS di Jepara.

"Masyarakat kami dorong untuk berani melakukan tes HIV. Jika positif maka lanjutkan dengan pengobatan ARV sedini mungkin, untuk tetap hidup sehat dan produktif," ujarnya.

Jika penderita HIV/AIDS tidak bisa terdeteksi seluruhnya, dia mengataka, tentunya masih menjadi permasalahan karena kasus tersebut masih mungkin muncul. Dalam rangka memerangi penyakit mematikan tersebut, kata dia, Pemkab Jepara sedang berupaya mendeteksi masyarakat yang berisiko tertular virus mematikan tersebut. "Petugas kesehatan hingga tingkat Puskesmas juga kami imbau untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS serta memberikan pemahaman bahwa penderita AIDS tidak perlu dikucilkan dan tidak perlu dicap dengan stigma negatif," ujarnya.

Penderita AIDS, kata dia, perlu diberikan motivasi agar tetap menjalani kehidupannya secara normal dan bersedia melakukan pengobatan. "Jangan sampai, muncul pemikiran negatif untuk menularkannya kepada orang lain," ujarnya.

Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jepara periode Januari-Juni 2017 sebanyak 58 kasus dan menempati urutan kedua setelah Kota Semarang untuk tingkat Jateng. Sementara temuan kasus pada September 2017 bertambah menjadi 113 kasus. Jumlah tersebut tentu mendekati temuan kasus HIV/AIDS tahun 2016 yang mencapai 118 kasus, sehingga total temuan kasus sejak tahun 1997 sampai dengan September 2017 sebanyak 834 kasus.

Berdasarkan data, salah satu penularan tertinggi kasus HIV/AIDS di Jepara melalaui heteroseksual atau seks dengan berganti-ganti pasangan sebanyak 721 kasus atau 86,45 persen. Dari tingkat usia, didominasi kelompok usia produktif, yakni usia 26-40 tahun sebanyak 448 kasus atau 56,63 persen, sedangkan dari jenis kelamin tercatat 475 kasus atau 56,9 persennya dari kaum perempuan dan ibu rumah tangga menempati urutan pertama dengan jumlah 282 kasus atau 43,37 persen. Adapun jumlah penderita yang meninggal dunia hingga kini mencapai 204 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement