Kamis 01 Nov 2018 04:44 WIB

Waspadai Gejala Diabetes Pada Anak

Orangtua disarankan untuk periksa gula darah anak, selain memperhatikan ciri fisik.

Red: Didi Purwadi
Diabetes pada anak
Foto: republika
Diabetes pada anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli endokrin anak, Dr. dr. Aman Pulungan, Sp.A (K), mengungkapkan orangtua mesti mewaspadai gejala-gejala Diabetes Melitus (DM) pada anak. Gejalanya antara lain anak sering haus, lapar, kencing, gatal, dan berat badan menurun drastis.

''Pasien diabates anak ini sudah mencapai 97 juta orang di Indonesia, baik untuk kasus DM tipe-1 dan DM tipe-2,'' ujar Dr. Aman saat berbincang usai acara 'Kenali Gejala Dini Kanker Pada Anak' di Jakarta, Rabu.

Jumlah kasus DM tipe-1 yang paling banyak ketimbang DM tipe-2. Namun, jumlah kasus DM tipe-2 juga cenderung mengalami peningkatan.

Selain memerhatikan ciri fisik anak, orangtua juga disarankan untuk melakukan periksa gula darah anak saat dia masuk UGD. Kadar gula darah normal anak itu antara 100 mg/dl hingga 200 mg/dl. ''Tapi, bila kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl itu sudah dikategorikan diabetes,'' katanya.

Khusus pada kasus DM tipe-1, sambungnya, komplikasi terparahnya adalah pasien meninggal. Sayangnya, anak dengan DM tipe-1 ini merupakan anak 'terpilih'.

Siapa saja tidak harus menunggu faktor keturunan dapat terkena diabetes DM tipe-1. Karena itu, anak-anak yang terkena diabetes DM tipe-1 itu disebut 'mereka terpilih'.

''DM tipe-1 dipengaruhi gen tertentu, tapi bukan turunan,'' katanya ''Penyebab dari diabetes ini adalah auto-imun.''

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini mengatakan bahwa ada faktor risiko yang memicu auto-imun dan kemudian meningkat menjadi DM. ''Adanya infeksi virus seperti arbovirus, polio, coxsackie. Selain itu, ada juga defisiensi vitamin D,'' ujar Dr. Aman.

Kepala Divisi Endokronologi Departemen Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo/ FKUI ini mengatakan bahwa DM tipe-1 ini bila tidak diketahui sejak awal dan tak tertangani dengan baik, bisa berujung pada kematian. "Untuk DM tipe-2 ini, data agak sulit didapat. Sehingga, karena belum parah dibiarkan saja. Baru pada usia di atas 18 tahun akan ketahuan DM," tutur Dr. Aman.

Kasus DM pada anak ini di Indonesia ini bagaikan fenomena gunung es. Oleh karena itu, anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes ini menyarankan agar antisipasi DM pada anak dilakukan sejak dini.

"Seperti kasus DM anak yang banyak ditemukan di Jepang. Anak-anak di sana diminta untuk tes urin sehingga ketahui dari awal berapa banyak anak yang menderita diabetes. Apalagi, data saya menyebutkan bahwa terdapat 40 persen anak di Indonesia yang mengalami resisten insulin," papar Dr. Aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement