Rabu 30 Oct 2019 12:48 WIB

Kematian 39 Imigran dalam Truk Libatkan Jaringan Global

Beberapa korban telah berhasil diidentifikasi.

Red: Budi Raharjo
Hoang Thi Ai dari distrik Dien Chau, Nghe An, menunjukkan foto putranya Hoang Van Tiep yang dikhawatirkan menjadi salah satu korban dari 39 jenazah yang ditemukan dalam truk kontainer di Inggris, Senin (28/10).
Foto: AP/Hau Dinh
Hoang Thi Ai dari distrik Dien Chau, Nghe An, menunjukkan foto putranya Hoang Van Tiep yang dikhawatirkan menjadi salah satu korban dari 39 jenazah yang ditemukan dalam truk kontainer di Inggris, Senin (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, CHELMSFORD -- Kasus penyelundupan 39 orang yang ditemukan tewas di sebuah truk di Essex, Inggris, diduga melibatkan jaringan global. Pengemudi truk tersebut menghadapi pasal pembunuhan dan penyelundupan manusia.

Pada pekan lalu ada 39 mayat yang ditemukan di dalam sebuah kontainer truk di kawasan industri dekat London. Penemuan ini memperlihatkan perdagangan manusia yang membawa orang-orang miskin dari Asia, Afrika, dan Timur Tengah menuju negara-negara Barat.

Baca Juga

Pengemudi truk, Maurice Robinson, diinterogasi pengadilan Chelmsford melalui siaran video. Di pengadilan, laki-laki berusia 25 tahun itu mengonfirmasi namanya, alamatnya, dan kewarganegaraannya.

Mengenakan jaket abu-abu, Robinson didakwa 43 tuntutan. Ia didakwa 39 pembunuhan, konspirasi penyelundupan manusia, konspirasi membantu imigrasi ilegal, dan pencucian uang.

"Kasus ini melibatkan jaringan global yang memfasilitasi pergerakan imigran dalam jumlah besar ke Inggris," kata jaksa penuntut Ogheneruona Mercy Iguyovwe di pengadilan, Selasa (29/10).

Iguyovwe mengatakan, tersangka lainnya masih dalam pencarian. Dalam persidangan tersebut, Robinson tidak mengajukan permohonan jaminan. Robinson tetap dalam tahanan sampai kembali diajukan ke sidang pengadilan pada 25 November di Pusat Pengadilan Pidana London.

"Seluruh negeri dan tentu dunia terkejut dengan tragedi ini. Buruknya nasib yang harus diderita orang-orang tak bersalah yang berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik di negeri ini," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam ucapan belasungkawanya.

Kepada parlemen, Menteri Dalam Negeri Priti Patel mengatakan penyelidikan kasus ini akan mengungkapkan kejahatan yang dapat merentang sampai belahan dunia lain. Sementara itu, polisi Inggris mengatakan, beberapa korban telah berhasil diidentifikasi. Mereka mengumpulkan sidik jari, catatan susunan gigi, DNA, dan foto dari teman maupun keluarga.

photo
Seorang polisi berjaga di luar pengadilan Chelmsford Magistrates Court di Chelmsford, Essex, Inggris, Senin (28/10). Sopir truk Maurice Robinson (25 tahun) didakwa 39 pembunuhan dan tuduhan lain atas temuan 30 jenazah dalam truk.

Vietnam dilaporkan sedang berusaha mempercepat proses identifikasi warganya yang diduga berada di antara 39 mayat dalam kasus ini. Pada Senin (28/10) lalu, otoritas Inggris telah mengirim berkas dan dokumen terkait penemuan 39 mayat di negaranya kepada Pemerintah Vietnam.

Departemen Propaganda Partai Komunis Vietnam yang berkuasa telah menginstruksikan kepada seluruh media massa di sana agar tidak berspekulasi tentang identitas para korban. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Vietnam menyatakan tengah menganalisis dan mengembangkan dokumen-dokumen tersebut.

“Kewarganegaraan para korban belum dikonfirmasi secara resmi. Vietnam dan Inggris berusaha mempercepat identifikasi mayat-mayat itu, tetapi belum ada tenggat yang ditetapkan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam Nguyen Quoc Cuong pada Selasa (29/10).

Sebanyak 39 mayat yang ditemukan dalam truk kontainer di Essex pada 23 Oktober silam awalnya diduga warga negara Cina. Namun, kepolisian kemudian meyakini bahwa mayoritas dari 39 mayat itu merupakan warga Vietnam. Banyak korban yang berasal dari dua provinsi termiskin di Vietnam, yakni Provinsi Nghe An dan Ha Tinh.

"Jika bisa memutar ulang waktu, saya tidak akan membiarkan dia pergi dengan cara ini. Saya bersihkan kamarnya setiap hari dengan harapan ia tidak berada dalam truk mematikan itu," kata Hoang Thi Ai, yang khawatir putranya, Hoang Van Tiep, menjadi salah satu korban.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan warga Vietnam kerap kali bertaruh nasib untuk bekerja di luar negeri, termasuk Eropa. Faktor tersebut antara lain prospek pekerjaan yang buruk, bencana lingkungan, dan tekanan pemerintah terhadap umat Katolik. Di negara itu pun cukup banyak gerombolan atau kelompok penyelundup. n lintar satria/kamran dikarma/reuters, ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement