Senin 18 Sep 2023 08:50 WIB

Krisis Migrasi dan Pengaruhnya Terhadap Politik dan Kebijakan Eropa

Krisis migrasi jadi masalah paling menantang dan kontroversial yang dihadapi Eropa

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Yunani telah melihat peningkatan kedatangan para imigran dengan perahu karet kecil.
Foto: AP
Yunani telah melihat peningkatan kedatangan para imigran dengan perahu karet kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, Krisis migrasi muncul sebagai salah satu masalah paling menantang dan kontroversial yang dihadapi Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Arus masuk pengungsi dan imigran dari Afrika, Timur Tengah, dan wilayah lain memiliki dampak mendalam pada politik, sosial, dan ekonomi negara-negara Eropa dan Uni Eropa (UE) secara keseluruhan.

Kini yang menjadi pertanyaan apa penyebab dan konsekuensi dari krisis migrasi, dampaknya terhadap politik dan kebijakan Eropa, serta upaya untuk mengatasi isu yang kompleks ini.

Baca Juga

Penyebab krisis migrasi di Eropa dapat ditelusuri ke beberapa faktor. Pertama adalah konflik dan ketidakstabilan di dunia belahan yang lain. Konflik bersenjata di Suriah, Afghanistan, dan wilayah lain menggusur jutaan orang, mendorong mereka mencari perlindungan di Eropa.

Kedua adalah disparitas ekonomi. Ketidaksetaraan ekonomi antara negara-negara Eropa dan wilayah tetangga mendorong para migran ekonomi mencari peluang yang lebih baik. Faktor ketiga adalah perdagangan manusia. Meningkatnya jaringan perdagangan manusia  memfasilitasi migrasi tidak resmi, seringkali melibatkan perjalanan berbahaya melintasi Laut Tengah.

Keempat adalah komitmen UE untuk memberikan suaka kepada mereka yang melarikan diri dari penganiayaan  menarik pengungsi dari berbagai negara.

Lalu apa pengaruh krisis ini pada Eropa?

Pertama adalahnya munculnya populisme. Krisis migrasi  menguatkan partai-partai populis dan nasionalis di beberapa negara Eropa. Partai-partai ini sering berusaha mengendalikan imigrasi dan kerap mendapat dukungan elektoral yang signifikan.

Pengaruh kedua adalah pertikaian internal. Ketidaksepakatan di antara negara-negara anggota UE mengenai distribusi pengungsi memicu ketegangan dalam hubungan intra-Eropa, menyebabkan ketegangan di dalam UE. Ketiga adalah Brexit dan isu kedaulatan nasional. Krisis migrasi berperan dalam referendum Brexit, dengan kekhawatiran tentang imigrasi berkontribusi pada keputusan Inggris untuk meninggalkan UE.

Krisis ini juga mengubah opini publik. Krisis ini  membentuk kembali opini publik di banyak negara Eropa, warga negara menyatakan kekhawatiran tentang identitas budaya, keamanan, dan kemampuan negara mereka untuk menampung pendatang baru.

Lalu apa saja yang UE lalu untuk mengatasi krisis migrasi?

UE membuat perjanjian dengan Turki, yang dicapai pada tahun 2016. Perjanjian ini bertujuan untuk mengurangi migrasi tidak resmi dengan memberikan bantuan keuangan pada Turki dalam upaya mencegah migran menyeberang ke Yunani.

Selain itu juga UE berusaha untuk menetapkan sistem suaka Eropa bersama, termasuk reformasi Peraturan Dublin untuk memastikan distribusi yang lebih adil terhadap pencari suaka di antara negara-negara anggota.

UE juga memperkuat peran badan pengawas perbatasan dan pantai, Frontex, untuk meningkatkan keamanan perbatasan dan mencegah migrasi tidak resmi. UE juga berupaya mengintegrasikan migran dan pengungsi ke dalam masyarakat Eropa melalui program pelatihan bahasa dan pekerjaan.

Isu yang paling banyak diperdebatkan dalam krisis migrasi adalah kemanusiaan dan etika. Organisasi hak asasi manusia dan aktivis mendorong UE melindungi dan menghormati hak pengungsi berdasarkan hukum internasional.

Prinsip solidaritas di antara negara-negara anggota UE juga menjadi titik sentral perselisihan. Beberapa negara berpendapat UE harus mendistribusikan tanggung jawab dengan lebih adil. Isu bantuan kemanusiaan kepada negara-negara yang menampung sejumlah besar pengungsi, seperti Lebanon dan Yordania juga menjadi bahan perdebatan.

Lalu apa saja tantangan UE dalam menghadapi krisis migrasi di masa depan?

Negara-negara Eropa harus berhadapan dengan integrasi jangka panjang dan cohesion sosial dari migran dan pengungsi.

Memastikan kendali perbatasan eksternal yang efektif sambil menjunjung nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi tugas sulit bagi UE. Migrasi akan memainkan peran dalam membentuk lanskap demografi negara-negara Eropa, dengan dampak terhadap pasar tenaga kerja dan sistem kesejahteraan.

Krisis migrasi  menguji persatuan dan tekad Uni Eropa dan negara-negara anggotanya. Masalah ini  menjadi isu sentral dalam politik Eropa, membentuk hasil pemilihan umum, debat kebijakan, dan opini publik. Meskipun UE  mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis ini, ini tetap menjadi tantangan yang kompleks dan banyak lapisan tanpa solusi mudah.

Di masa depan diperlukan upaya berkelanjutan untuk menemukan keseimbangan antara keamanan perbatasan, nilai-nilai kemanusiaan, dan integrasi jangka panjang migran dan pengungsi. Sementara Eropa berusaha menghadapi kompleksitas berkelanjutan dari krisis migrasi. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement