Kamis 05 Mar 2020 18:10 WIB

IDI: Masker untuk Orang Sakit, Orang Sehat Cuci Tangan

Orang sehat lebih dianjurkan rajin mencuci tangan menggunakan sabun.

Red: Yudha Manggala P Putra
Perawat dengan mengenakan pakaian APD (Alat Pelindung Diri) berupa baju Hazmat (Hazardous Material) melayani pasien kedua suspect (terduga penderita) COVID-19 (Corona Virus Desease).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Perawat dengan mengenakan pakaian APD (Alat Pelindung Diri) berupa baju Hazmat (Hazardous Material) melayani pasien kedua suspect (terduga penderita) COVID-19 (Corona Virus Desease).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia menegaskan bahwa penggunaan masker hanya untuk orang sakit. Sementara orang yang sehat lebih dianjurkan untuk rajin mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir.

"Pertama untuk orang sehat paling efektif adalah cuci tangan dibanding pakai masker. Masker diutamakan untuk orang sakit," kata dr Erlina Burhan Sp.P(K) dalam penjelasannya terkait penyakit Covid-19 di kantor PB IDI Jakarta, Kamis (5/3).

Erlina menambahkan bahwa seluruh orang yang memiliki penyakit infeksi saluran pernapasan seperti influenza, TBC, dan termasuk virus corona Covid-19 agar tidak menularkan ke orang lain.

Dia menyebut dalam pencegahan Covid-19 lebih efektif cuci tangan dengan sabun ketimbang menggunakan masker. Covid-19 menular melalui droplet atau percikan yang keluar dari mulut atau hidung orang yang sakit lalu menempel pada berbagai benda seperti kursi, meja, atau di transportasi.

Benda-benda tersebut umum dipegang oleh banyak orang dan bisa memindahkan virus dari benda ke tangan seseorang. Virus yang bagiannya memiliki lapisan lemak akan terganggu detergen saat mencuci tangan sehingga merusak susunan virus dan membuatnya mati.

Erlina mengatakan cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama 20 detik sudah cukup untuk membunuh kuman yang ada di tangan. "Tidak usah sanitizer. Yang punya akses ke tempat cuci tangan, pakai saja sabun dan air," kata Erlina.

Dia mengatakan harga masker dan sanitizer yang melonjak sudah tidak masuk akal. Erlina memahami bahwa itu merupakan salah satu bentuk untuk waspada, namun dia meminta agar tidak panik.

"Penyakit ini jangan disamakan dgn flu burung yang kematiannya sangat tinggi. Yang meninggal 2-3 persen, kemungkinan sembuh ada di angka 97 persen jadi jangan terlalu panik juga. Banyak juga penyakit lain yang angka kematiannya lebih besar," kata Erlina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement