Rabu 20 Oct 2021 21:30 WIB

Kantor Pos Sebagai Raksasa Teknologi Masa Depan

Kantor Pos sebagai BUMN memiliki banyak keunggulan dan potensi bisnis

Red: Elba Damhuri
Pengunjung saat beraktivitas di Pos Bloc, Jakarta, Ahad (10/10). Pos Bloc Jakarta memanfaatkan aset bekas Gedung Kantor Pos era Hindia Belanda milik PT Pos Indonesia yang diubah menjadi ruang kreatif bagi  berbagai acara seni, budaya, hibura, pertemuan komunitas kreatif dan pemberdayaan bisnis UMKM. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung saat beraktivitas di Pos Bloc, Jakarta, Ahad (10/10). Pos Bloc Jakarta memanfaatkan aset bekas Gedung Kantor Pos era Hindia Belanda milik PT Pos Indonesia yang diubah menjadi ruang kreatif bagi berbagai acara seni, budaya, hibura, pertemuan komunitas kreatif dan pemberdayaan bisnis UMKM. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID. Oleh Triyono Gani, Kepala Eksekutif Group Inovasi Keuangan Digital OJK

Seorang laki-laki usia tiga puluhan memulai kegiatan di pagi hari dengan mengecek gawainya dan di situ terpampang rute dan tugas yang harus dikerjakan pada saat perjalanan menuju kantor. Di gawai sudah tercantum arah dan paket apa yang harus dijemput kemudian akan dikumpulkan di hub kantornya. Selain itu, ada juga beberapa kegiatan jasa seperti cash collection dan mutasi rekening tabungan atas permintaan beberap orang nasabah.

Tugas ini semua mudah dilakukan karena sudah menggunakan bantuan teknologi dengan kecerdasan buatan (AI – artificial intelligent). Dia tidak akan menempuh rute yang sama setiap pagi dan tidak mengerjakan pekerjaan yang sama setiap pagi. Semua tergantung jadwal yang telah dicantumkan di dalam gawainya.

Arus logistik ibarat darah yang mengalir di tubuh manusia. Dalam kurun waktu 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, jaringan logistic berputar tiada henti menjadi darah bagi perekonomian. Dengan kecerdasan buatan, arus kerja yang non-stop ini dimungkinkan berjalan dengan efisien dan efektif. Sambil jalan ke kantor, para petugas bisa melaksanakan tugasnya dengan tidak ada waktu yang terbuang. Kekuatan dari arus logistik ini bisa dimanfaatkan oleh layanan jasa keuangan. Aplikasi yang disematkan pada gawainya pun juga bisa melaksanakan banyak hal sesuai dengan lini jasa yang dapat diberikan kepada nasabah.

Mari kita lihat kegiatan yang dilakukan pada kantor di mana laki-laki tadi bekerja. Semua barang yang berhasil di pick-up langsung dimasukkan ke dalam alat penyortir otomatis yang bisa membagi-bagi secara otomatis sesuai dengan tujuan akhir dari kiriman paket. Ada juga semacam mesin ATM yang bisa menerima setoran dari nasabah untuk keperluan tabungan atau depostionya. 

Kantor ini adalah kantor pos. Kantor ini juga melayani publik sebagaimana biasa tapi kebanyakan sudah menggunakan mesin. Pembelian warkat pos (perangko, meterai dan sebagainya) menggunakan vending machine sehingga bisa stand by 24 jam sehari. Tersedia juga banyak alat untuk pengecekan data pribadi secara digital (Electronic Know Your Customer) yang langsung terhubung dengan data di Dukcapil Kemendagri dan mesin untuk pengambilan uang tunai dari tabungan atau giro pos.

Banyak petugas layanan konsumen yang melayani keluhan nasabah ataupun permintaan pengiriman barang secara manual. Dengan menggunakan prinsip one stop service, didukung oleh aplikasi operasional yang mumpuni, petugas ini mampu melayani seluruh kebutuhan nasabah. Petugas ini dinamakan Customer Service.

Interkoneksi yang dimiliki sebagai layanan virtual juga sangat luar biasa. Dengan Application Program Interface (API), mampu terintegrasi dengan dompet digital, e-commerce, layanan logistik, layanan jasa keuangan, pengantaran instan (kerjasama dengan ojek online), travel agent dan masih banyak lagi. Nasabah dapat melakukan pembayaran layanan jasa pos dengan e-wallet. Supper-app yang dimiliki benar-benar memanjakan nasabah karena dapat memenuhi hampir semua kebutuhan nasabahnya. 

Sebagaimana halnya jalan bebas hambatan, maka interkoneksi ini menjadi kunci utama penerimaan produk pos di masyarakat. Banyak pihak menolak untuk kerja sama dengan alasan akan mengurangi daya saing karena basis nasabah akan dicuri oleh pihak lain. Rasanya konsep ini perlu diteliti ulang. Saat ini dipercaya bahwa cara menahan nasabah adalah dengan memberikan pengalaman nasabah (user experience) yang baik dan optimal sehingga nasabah tidak akan berpidah ke layanan perusahaan lain.

Belum lagi kemampuan mengkonversi tabungan menjadi giro atau sebaliknya. Pembelian produk keuangan lainnya juga mudah dilakukan melalui rekening tabungan atau giro. Untuk pembelian barang melalui e-commerce dan pembelian tiket perjalanan serta bayar hotel juga sangat dimungkinkan dengan mudah. Teknologi pembayaran terkini sudah sangat bisa dilakukan dengan mudah melalui aplikasi ini.

Kantor pos sebagai perusahaan yang berbasis logistik sangat mungkin memiliki produk dan jasa yang luar biasa banyaknya. Banyaknya produk ini menjadi landasan adanya integrasi layanan yang sangat lengkap. Layanan satu pintu untuk kebutuhan nasabah sangat dimungkinkan. Tergantung dari kemauan dan rencana strategis manajemen kantor pos.

PT Pos Indonesia (Persero) berdiri sejak tahun 1746 dan menjadi BUMN sejak tahun 1995. Lamanya perusahaan ini berdiri memungkinkan adanya pangkalan data yang luar biasa banyaknya (big data). Saat ini, data dianggap sebagai harta yang sangat berharga, jadi kita bisa bayangkan betapa kayaknya perusahaan ini karena memiliki data yang sangat banyak. Olahan data yang kayak dari berbagai daerah juga akan menghasilkan produk dan jasa spesifik untuk daerah tertentu atau bahkan bisa diangkat ke level nasional.

Belum lagi jaringan kantor yang sangat tersebar di seluruh pelosok negeri. Kantor ini bisa menjadi hub, branch hub atau sub branch hub yang memungkinkan adanya penekanan biaya operasional karena layanan dapat langsung di selenggarakan di tempat yang jauh.

Keunggulan lain dari layanan jasa pos adalah bahwa secara historis layanan ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Bahkan di Jepang hampir semua penduduk Jepang memiliki rekening tabungan pos. Demikian dicintainya kantor pos oleh masyarakat dan ini juga tentu akan berkaitan dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi kepada layanan pos.

Kondisi di Indonesia mungkin sedikit berbeda. Milenial tidak terlalu mengenal kantor pos. Untuk itu, tantangan yang cukup besar bagi manajemen PT Pos Indonesia (Persero) untuk bisa memenangkan hati milenial agar kenal dan mulai menggunakan jasa pos. BUMN ini tumbuh dari sisi logistik, sehingga bisa saja kurang lihai dalam layanan keuangan. 

Inovasi juga perlu terus dipompa. Dengan adanya tanda tangan elektronik, maka meterai elektronikpun menjadi sangat mungkin diterapkan. Belum lagi rangkaian dari kegiatan logistik akan diikuti oleh asuransi. Dengan teknologi yang baik, tentu PT Pos Indonesia (Persero) juga dapat menyediakan layanan asuransi logisitik dengan format insurtech. Sekali lagi, inovasi harus tetap menjadi panglima.

Arah angin sedang berubah. Saat ini, dengan teknologi yang mumpuni, layanan logistik bisa teritegrasi dengan jasa keuangan. Layanan logistik justru mampu menjadi tulang punggung pengembangan bisnis lainnya. Alangkah ruginya apabila PT Pos Indonesia (Persero) melewatkan momentum ini. Kesempatan harus segera ditangkap bahwa layanan logistik justru menjadi pintu masuk untuk menjadi raksasa tekonolgi masa depan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement