Ahad 08 May 2022 12:40 WIB

Dosen UMM Ungkap Cara Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki potensi untuk bisa menjadi bahasa resmi kedua ASEAN.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
 Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Faizin mengungkapkan, cara menginternasionalkan bahasa Indonesia di kancah Asia Tenggara. (ilustrasi)
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Faizin mengungkapkan, cara menginternasionalkan bahasa Indonesia di kancah Asia Tenggara. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Faizin mengungkapkan, cara menginternasionalkan bahasa Indonesia di kancah Asia Tenggara. Hal ini diungkapkan menyusul pernyataan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri yang mengusulkan Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi kedua di Association of South East Asian (ASEAN).

Menanggapi isu tersebut, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim juga turut mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di ASEAN. Bahkan, juga mengkampanyekannya di media sosial Kemendikbudristek dengan melakukan aksi bela bahasa.

Baca Juga

Hal itu membuat Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UMM tertarik membahasnya. Melihat dari perspektif linguistik, setiap negara berhak untuk mengajukan dan mengusulkan fungsi bahasa negaranya menjadi bahasa internasional. "Tidak terkecuali Indonesia maupun Malaysia," kata Faizin.

Namun Faizin mengingatkan masyarakat untuk tidak perlu kebakaran jenggot. Masyarakat justru harus lebih intropeksi diri mengenai usaha apa saja yang sudah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan ahasa Indonesia.

   

Bahasa Indonesia sebagai peningkatan bahasa internasional sebenarnya telah diatur pada UU Nomor 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan. Untuk mewujudkannya, memang butuh kerja keras, strategi, kerjasama, dan kolaborasi antarkementerian.

Pria kelahiran Sumenep juga menilai, Malaysia pasti memiliki keseriusan dan strategi jitu saat menginginkan sesuatu. Terkiat isu bahasa ini, mereka telah mengadakan lomba antarbahasa yang memperebutkan piala perdana menteri. Adapun pesertanya bukan hanya dari Malaysia, tapi juga seluruh penutur bahasa melayu di seluruh dunia.

Hebatnya lagi, gelaran tersebut disiarkan oleh televisi nasional bahkan internasional. Banyak dari alumni yang belajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) yang malah ikut serta dan meramaikan ajang tersebut.

Meskipun begitu, Faizin merasa Indonesia juga memiliki potensi untuk bisa menjadi bahasa resmi kedua ASEAN. Ada beberapa strategi yang ia tawarkan dalam mempercepat proses internasionalisasi bahasa Indonesia.

Salah satu usulan Faizin adalah membuat kajian baru yang membahas terkait sosiologi, politik dan linguistik atau disebut juga dengan sociopolitica linguistic. Kajian itu bertujuan untuk membahas secara komprehensif mengenai strategi penyebaran aspek bahasa.

Menurut Faizin, selama ini jarang menemukan ahli bahasa membicarakan politik. Padahal yang ingin mereka capai ialah bahasa internasional. Banyak pihak yang tentunya memiliki peran strategis seperti hubungan internasional, kementerian pendidikan, balai bahasa dan lainnya.

Selain itu, perlu adanya langkah serius dari pemerintah dalam menanggapi isu tersebut.  Menurutnya, dari awal Indonesia sudah unggul segalanya. Satu di antaranya ialah sejarah ejaan Indonesia yang cukup kuat.

"Mulai dari  Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK), Ejaan yang Disempurnakan (EYD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (7/5/2022).

Faizin menilai pemerintah Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah terkait isu tersebut. Politic will dan aspek kebahasaan termasuk dua hal penting. Begitupun dengan tata bahasa yang harus senantiasa dievaluasi.

Problematika bahasa serta pengayaan kosakata juga perlu dimutakhirkan. Dengan begitu, klaim untuk melakukan internasionalisasi bahasa Indonesia bisa lebih mudah ketika semua pekerjaan rumah tersebut sudah dijalankan dengan baik. "Maka peran setiap pemangku kepentingan harus jelas. Begitupun dengan peningkatan kecintaan akan bahasa kita,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement