Rabu 08 Jun 2022 19:34 WIB

Ekonom Indef: Pertanian Tumbuh 1,84 Persen, Jadi Bantalan Resesi Selama Pandemi

Sektor pertanian menjadi bantalan resesi selama pandemi Covid-19

Red: Christiyaningsih
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kanan) didampingi Gubernur Aceh Nova Iriansyah (kedua kanan) dan sejumlah pejabat daerah berjalan di pematang sawah saat meninjau lahan pertanian di area persawahan Desa Blang Miro, Simpang Tiga, Aceh Besar, Aceh, Jumat (4/3/2022). Sektor pertanian menjadi bantalan resesi selama pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kanan) didampingi Gubernur Aceh Nova Iriansyah (kedua kanan) dan sejumlah pejabat daerah berjalan di pematang sawah saat meninjau lahan pertanian di area persawahan Desa Blang Miro, Simpang Tiga, Aceh Besar, Aceh, Jumat (4/3/2022). Sektor pertanian menjadi bantalan resesi selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ekonom Senior Indef, Bustanul Arifin, mengapresiasi kebijakan dan program yang dijalankan jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) selama tiga tahun terakhir. Menurutnya, sektor pertanian tumbuh 1,84 persen dan menjadi bantalan resesi selama pandemi Covid-19.

"Kalau tidak ada pertanian mungkin krisis benaran. Jadi apresiasi kepada Pak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo) karena pertanian menjadi bantalan ekonomi nasional," ujar Bustanul, Rabu (8/6/2022).

Baca Juga

Bustanul mengatakan perekonomian Indonesia sejauh ini terus mengalami perbaikan yang sangat positif, di mana tahun 2021 Indonesia tumbuh 3,69 persen. Di sisi lain, ketersediaan beras pada produktivitas 2021 juga mulai meningkat.

Meski demikian, Bustanul berharap agar pemerintah terus meningkatkan skala kerjanya, terutama dalam menghadapi geopolitik global yang saat ini terfokus pada konflik Rusia-Ukraina. Perang senjata kedua negara itu telah berdampak pada kenaikan harga-harga di dunia.

"Rekomendasi saya untuk pangan nasional adalah dalam menghadapi geopolitik dan geostrategi global yang telah menaikan harga pangan secara spesifik di Indonesia harus diantisipasi agar kondisinya lebih baik lagi," katanya.

Selain itu, Bustanul berharap agar pemerintah terus melakukan pendampingan kepada para petani di semua desa dan sentra. Kemudian meningkatkan skala teknologi dengan menurunkan mekanisasi. "Pendampingan dan pemberdayaan petani pada pertanian presisi, digitalisasi rantai nilai pangan, perubahan teknologi, dan inovasi ekosistem harus ditingkatkan," jelasnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menegaskan bahwa kebutuhan 12 bahan pokok yang selama ini dijaga Kementan dalam kondisi aman dan cukup. Tidak ada kekurangan apalagi kelangkaan. Hanya saja, kata dia, ada empat komoditas yang dilakukan impor. Pertama daging, kedua gula, ketiga kedelai, dan keempat bawang putih.

"Ada 12 komoditas yang kita jaga yaitu beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, minyak goreng, dan lain-kain. Posisi strategi pertanian ntuk memenuhi kebutuhan pangan 273 juta penduduk dipastikan cukup. Namun yang perlu diingat juga bahwa pertanian telah membuka lapangan kerja dan memperkuat neraca perdagangan Indonesia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement