Sabtu 03 Sep 2022 16:35 WIB

Harga BBM Resmi Naik, Pengamat: BLT Tidak Efektif

Kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan BLT yang diberikan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Friska Yolandha
Pengemudi sepeda motor antre mengisi BBM di SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Jumat (21/6). Pemerintah akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi hari ini pada pukul 22.00 WIB di kantor Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan sesuai dengan rencana awal, pemerintah akan menaikkan harga BBM jenis premium dari Rp4.500 per liter menjadi Rp6.500 per liter. Sementara itu, harga solar naik dari Rp4.500 per liter menjadi Rp5.500 per liter.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Pengemudi sepeda motor antre mengisi BBM di SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Jumat (21/6). Pemerintah akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi hari ini pada pukul 22.00 WIB di kantor Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan sesuai dengan rencana awal, pemerintah akan menaikkan harga BBM jenis premium dari Rp4.500 per liter menjadi Rp6.500 per liter. Sementara itu, harga solar naik dari Rp4.500 per liter menjadi Rp5.500 per liter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai Bantuan Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak (BLT BBM) yang diberikan pemerintah guna menjaga daya beli masyarat tidak cukup mengatasi kenaikan harga BBM. Sebab, menurut dia, kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan BLT yang diberikan.

Selain mempersoalkan jumlah besaran BLT, Faisal menilai perlu dilihat lebih dari sisi kecepatan distribusinya. “ Kalau untuk BLTnya, tidak cukup karena dampak dari kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan BLT yang diberikan. Selain dari sisi jumlah besarannya, dari sisi kecepatan distribusinya apakah bisa cepat dan menjamin dapat menjangkau semua kalangan miskin yang terdampak,” kata Faisal kepada Republika.co.id, Sabtu (3/9/2022).

Baca Juga

Faisal mengatakan perkiraan dampak dari kenaikan harga BBM terhadap infalasi bisa mencapai tujuh hingga sembilan persen. Tambahan inflasi hanya tiga persen kalau BBM-nya naik 30 persen, tetapi total keseluruhan inflasi tujuh hingga sembilan persen.

“Ini artinya, inflasinya tinggi sekali. Besaran BLT per bulan Rp 150 ribu untuk per kepala keluarga. Jadi, ini relatif terbatas jika dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan cukup jauh saya rasa,” ujarnya.

Faisal menilai kenaikan harga BBM saat ini tidak tepat. Pun terlepas kondisi harga minyak dunia naik atau turun. "Terlepas dari harga minyak dunia, ini sebetulnya dampak besar ini solusinya bisa ditanggung atau dicegah dulu dengan menambah subsidi dari APBN ya. Jadi dengan menambah defisit karena ruang fiskal masih relatif ada," tambahnya. 

Sebelumnya, pemerintah pada hari ini, Sabtu (3/9/2022) menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers bersama Presiden Joko Widodo. "Ini berlaku satu jam setelah pengumuman penyesuaian harga," ujar Arifin.

Berikut harga baru BBM subsidi.

  • Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter
  • Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter
  • Pertamax Rp 12.500 per litar menjadi Rp 14.500 per liter

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement