Profil: Menanti Kiprah Si Jago Kandang

Reuters/Edison Vara
Timnas Ekuador
Rep: Satria Kartika Yudha Red: Didi Purwadi

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Ekuador bisa lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2014 berkat keperkasaannya dalam laga kandang. Raihan terburuk tim berjuluk La Tri hanyalah saat bermain imbang 1-1 menjamu Argentina. Selebihnya, Ekuador sukses menumpas semua tamunya di Zona Amerika Latin.

Keperkasaan Ekuador itu bukan karena strategi semata. Melainkan berkat faktor Stadion Olimpico Atahualpa yang terletak pada ketinggiaan 2.800 meter di atas permukaan laut.


Kondisi ini menyulitkan para pemain dari tim lain dalam bertanding karena kadar oksigen yang tipis. Kecuali Peru dan Bolivia, kedua tim ini tidak begitu bermasalah karena kandang mereka juga berada di dataran tinggi.

Ekuador memetik enam kemenangan di laga kandang. Dua diantaranya merupakan kemenangan bergengsi melawan Kolombia (1-0) dan Cile (3-1) yang merupakan raksasa Amerika Latin. Produktivitas pun cukup tinggi. Ekuador mencetak 14 gol, hanya kalah empat gol dari Argentina yang finis di urutan pertama.

Namun, performa Ekuador sangat buruk di laga tandang. Tim yang menjalani debutnya pada Piala Dunia 2002 ini tidak berhasil memetik kemenangan di kandang lawan. Ekuador menuai tiga kekalahan dan dua kali imbang. Semakin ironis karena Ekuador hanya sanggup mencetak tiga gol.

Ekuador cukup beruntung bisa finis di empat besar dan menyegel tiket langsung ke putaran final karena unggul selisih gol atas Uruguay di peringkat lima meskipun sama-sama mengoleksi 25 poin. Itu tidak terlepas dari prestasi kandang Ekuador yang hanya kebobalan tiga gol.

Dengan fakta tersebut, Ekuador diragukan bisa berbicara banyak di Brasil. Apalagi, Ekuador berada di Grup E yang bercokol Prancis, Swiss dan Honduras. Ekuador pun harus beradaptasi lebih lama dengan cuaca panas di Negeri Samba yang menjadi kekhawatiran tim-tim Eropa.

Permasalahan Antovia Valencia dkk tak berhenti sampai disitu. Ekuador kehilangan striker andalannya Cristian Benitez yang meninggal akibat serangan jantung saat berlaga bersama klub barunya, El Jaish, pada 29 Juli 2013. Benitez tutup usia setelah satu bulan sebelumnya mencetak gol tunggal kemenangan dalam laga kelima kualifikasi melawan Kolombia.

Kepergian Benitez meninggalkan lubang di lini serang Ekuador. Maklum, Benitez merupakan topskorer ketiga sepanjang masa Ekuador dengan torehan 24 gol. Ujung tombak Ekuador kini bakal dipercayakan sepenuhnya kepada striker Al-Jazira, Felipe Caicedo, yang berada di peringkat delapan topskorer tim.

Dari segi permainan, Ekuador merupakan tim yang mengandalkan serangan sayap. Menggunakan formasi 4-4-2, pelatih Reinaldo Rueda selalu mempekerjakan Antonio Valencia dan Jefferseon Montero untuk membuka ruang kepada para striker.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler