Cabai Berbakteri Disinyalir Sebagai Bioterorisme

Republika/Crystal Liestia Purnama
Pemusnahan bibit dan tanaman cabai ilegal yang mengandung bakteri, Instalasi Karantina Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, Kamis (8/12).
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diketemukannya cabai yang telah ditanam di Indonesia oleh warga Cina, merupakan pukulan berat bagi negara Indonesia. Hal tersebut disinyalir bisa berujung pada perang ekonomi untuk menjajah Indonesia. Cabai tersebut mengandung bakteri berbahaya yang mengancam kelangsungan tanaman pangan lokal.

“Ini merupakan bentuk perang biologis yang dilancarkan negara asing kepada Indonesia,” kata Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin, Selasa (13/12).


Warga Cina Tanam Benih Cabai Mengandung Bakteri Berbahaya di Bogor

Akmal mengatakan, Undang-undang Karantina yang saat ini dibahas DPR dengan Pemerintah, perlu memuat pasal-pasal pertahanan negara yang sangat kuat. Sebab bila pertahanan karantina ini lemah, sama saja membuka peluang negara ini dihancurkan dengan mudah oleh negara lain dengan cara perang biologis yang dampak kerusakan terhadap negara sangat mengerikan.

“Aksi warga asing yang menanam cabai dengan melibatkan bakteri Erwinia Chrysanthemi merupakan bentuk tindakan 'bioterorism'. Sebab jenis bakteri ini belum ada di Indonesia. Jika ini menyebar ke seluruh negeri, maka akan membawa bencana fatal, karena negara kita belum mampu mengendalikannya kecuali dengan cara pemusnahan,” kata dia.

Ia juga menyampaikan, perang ekonomi melalui perang biologis tanaman pangan saat ini meskipun samar, namun sudah mulai terlihat antara Amerika dan Eropa. Isu transgenik sangat gamblang dilancarkan negara-negara maju dunia yang berawal dari isu kesehatan yang kemudian berdampak pada perang ekonomi. Indonesia sebagai produsen pangan yang sekaligus konsumen bibit merupakan negara yang secara langsung terdampak.

Dengan adanya cabai yang ditanam langsung di Indonesia oleh warga asing ini sudah merupakan kegiatan secara terbuka hendak menghancurkan tatanan masyarakat Indonesia melalui perang biologis. Kronologis kerusakan yang akan ditimbulkan adalah berawal dari musnahnya tanaman pangan lokal tanpa mengetahui bagaimana cara mengatasi.

“Sudah saatnya negara ini memperkuat komisi pengawas keanekaragaman hayati dan serius membentuk Badan Karantina Nasional yang mampu mengakses bea cukai. Segala pengamanan berlapis harus sudah mulai diterapkan. Ini merupakan peringatan keras bagi negara ini. Karantina, imigrasi dan pengawas transgenik saling sinergis berlapis mengamankan serangan biologis yang sudah mulai dilancarkan negara luar kepada Indonesia," kata dia.

sumber : pemberitaan dpr
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler