Pemerintah Diminta Lebih Perhatikan Kampus Swasta
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Komisi X melakukan kunjungan kerja spesifik ke Universitas Diponegoro di Semarang. Anggota Komisi X Laila Istiana menyoroti kurangnya perhatian pemerintah dalam memperhatikan perguruan tinggi swasta (PTS). Jumlah kampus swasta di Jawa Tengah ada 254 kampus dan hanya memiliki enam perguruan tinggi negeri.
“Didirikannya PTS dan PTN (Perguruan Tinggi Negeri-red) itu memiliki cita-cita yang sama sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Komisi X sudah berkali-kali menyampaikan ke pemerintah supaya ada garda yang mengurusi sarana prasarana PTN dan PTS tapi pemerintah masih keukeuh tidak ada anggaran untuk sarana prasarana padahal itu sangat dibutuhkan,” kata dia.
Laila juga menyoroti kesenjangan antara PTN dan PTS agar swasta tidak merasa di anak tirikan padahal peran PTS sangat penting dan sangat membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak juga PTS yang membantu mahasiswa tidak mampu dan paling banyak menerima peserta didik dibandingkan PTN.
Ketua Tim kunjungan kerja spesifik Abdul Fikri Faqih menegaskan pentingnya PTN dan PTS untuk meningkat mutu pendidikan sehingga berdampak peningkatan mutu peserta didik.
Dia juga menyoroti keluhan dari PTS yang yang masih mendapatkan akreditasi C sehingga banyak mahasiswanya yang ditolak dalam mencari kerja meskipun memliki Indeks Prestasi (IP) 3,5. “Kita akan mendiskusikan dengan Menteri Ristek dan Dikti sehingga mutu mereka tidak dinilai dari IP atau lembaga (kampus) tersebut sehingga industri tidak berpatokan pada akreditasi kampus untuk menerima pekerja,” ujar Abdul Fikri, Kamis (15/6).
Politikus PKS Dapil Jateng tersebut juga meminta pemerintah untuk memperhatikan fasilitas kampus tidak hanya bangunan, juga laboratorium untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa bidang teknik dan bahasa.
Turut serta dalam kunjungan kunspek Komisi X ini Laila Istiana, Asdy Narang, Sofyan Tan, Wiryanti Sukamdani, Esti Wijaya, Irene Yusiana, Popong Odje D, Dwita Ria Gunadi, Mujib Rohmat, dan Anang Hermansyah.