Korona dan Kesunyian Derbi d’Italia
Si Nyonya Tua naik ke puncak klasemen sementara.
REPUBLIKA.CO.ID, Tak ada teriakan penonton dari tribun Allianz Stadium, Turin, Senin (9/3) dini hari WIB. Padahal saat itu sedang berlangsung sebuah laga bergengsi.
Tuan rumah Juventus menjamu Inter Milan pada ajang Seri A Italia. Partai tersebut sampai dijuluki Derbi d'Italia. Artinya dua tim terbaik negeri spageti, bertemu di lapangan hijau.
Kali ini Juve keluar sebagai pemenang. Setelah bertarung selama 90 menit, pasukan hitam putih unggul 2-0 atas sang rival. Si Nyonya Tua naik ke puncak klasemen sementara.
Tapi apa artinya sepak bola tanpa penonton? Kendati tempo permainan tetap tinggi, kesunyian sangat terasa. Hanya ada suara beberapa staff dan pemain yang melakukan protes ketika bersitegang.
Saat Aaron Ramsey dan Paulo Dybala mencetak gol, nama mereka tak bergema di langit Allianz Stadium. Sejenak mulut para ultras beristirahat. Publik Italia sedang fokus pada hal lain, lebih dari sekadar sepakbola.
Virus korona telah menyerang negeri piza. Hari demi hari jumlah kematian bertambah. Sudah tiga ribuan penduduk setempat menemui ajal.
"Kita semua manusia. Kita memiliki orang yang kita cintai. Saya berharap pada akhirnya keputusan dibuat untuk melindungi semua orang," kata pelatih Inter, Antonio Conte, selepas pertandingan.
Lantaran wabah covid-19 terus menggila, muncul isu baru. Asosiasi pemain dan pemerintah ingin pertandingan dihentikan terlebih dahulu. Sampai para ahli mampu meredam korona, barulah kompetisi berlanjut.
Conte menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang. Ia dalam posisi tawar yang kurang ideal untuk banyak berbicara. Timnya baru saja kalah di balik stadion tertutup.
Negaranya pontang-panting menghadapi korona. Paling penting, ia bukan analis medis yang bisa berdebat secara ilmiah. Balik lagi, kesehatan segala-galanya.
Penutupan Allianz Stadium menunjukkan kesan, pihak berwenang mengutamakan kesehatan ketimbang bisnis sepakbola. Bayangkan jika ribuan orang berkerumun. Potensi saling menularkan virus tersebut lebih besar. Ini untuk negara dengan kasus korona seperti Italia.
Sama seperti Conte, arsitek Juventus, Maurizio Sarri juga siap mengikuti apa pun yang diputuskan. "Saya seorang pelatih yang cuma bisa bicara tentang sepakbola. Tetapi saya selalu memperhatikan (pernyataan) mereka yang meyakini mereka tahu segalanya," ujar Sarri.
Ia bahkan tidak tahu bagimana kelanjutan liga ini pada pekan-pekan selanjutnya. Jelas, penikmat sepakbola Italia sedang dicoba. Ada pilihan yang sangat sulit.
Menunda kompetisi atau bertanding tanpa penonton stadion. Dua-duanya menurunkan gairah sepakbola itu sendiri. Balik lagi ke pernyataan apa arti olahraga ini tanpa suara berisik di tribun?
Tapi kesehatan tetaplah nomor satu. Dalam sebuah konferensi pers, pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane menegaskan tak ada insan sepakbola yang menyukai stadion kosong. Atau jadwal sebuah pertandingan ditunda.
Tapi dalam konteks ini, ada hal yang lebih diutamakan."Kami mempercayai orang-orang yang tahu tentang ini (penanganan dampak korona pada sepakbola), dan kami melakukan apa yang mereka katakan kepada kami," ujar Zidane menegaskan.