Ini Program Nasional Muhammadiyah Merespons Wabah Corona
Muhammadiyah menyiapkan program skala nasional untuk mencegah penyebaran corona.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah Covid-19 Command Center membuat program nasional untuk merespons wabah corona atau Covid-19. Program nasional ini dibuat sebagai strategi dan upaya Muhammadiyah membantu pemerintah dalam penanggulangan wabah Covid-19 di Indonesia.
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center, dokter Corona Rintawan, mengatakan, pihaknya akan membuat program nasional secara masif mulai dari pencegahan dan tata laksana awal untuk merespons wabah Covid-19. Program nasional ini dua di antaranya program Sadar Faktor Resiko (Safari) Covid-19 dan Gerakan Memberi Masker (Gemes) Covid-19.
"Jadi, melalui program Safari ini kita mendorong masyarakat untuk peduli terhadap dirinya sendiri, menyadari apakah dirinya termasuk faktor risiko (Covid-19) atau enggak. Kalau iya maka apa yang harus diperbuat. Jadi, kita dorong masyarakat agar proaktif," kata dokter Corona kepada Republika di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Selasa (10/3).
Ia menjelaskan, kalau sudah proaktif, orang bisa melapor ke dinas kesehatan dan rumah sakit untuk menyampaikan kondisi dirinya. Selain itu, orang itu bisa mengurangi penularan dengan melakukan isolasi mandiri. Kalau merasa termasuk faktor risiko Covid-19, orang tersebut sebaiknya tidak usah pergi ke tempat umum serta menjaga kondisi dan kebersihan.
Safari Covid-19 adalah program pemberdayaan masyarakat untuk paham dan sadar apakah dirinya merupakan kelompok risiko atau tidak. Jika Muhammadiyah mendorong masyarakat untuk paham dan sadar, langkah itu akan mempermudah tugas pemerintah dalam melacak kelompok risiko Covid-19.
"Selain kesadaran tersebut, diharapkan juga mampu mendorong orang-orang proaktif melakukan karantina mandiri. Kalau merasa termasuk faktor risiko maka tidak usah pergi ke keramaian," ujarnya.
Dokter Corona menyampaikan, yang kedua adalah program Gemes Covid-19. Gerakan mendorong masyarakat memberikan masker kepada orang-orang yang sakit flu. Gerakan ini akan mengubah kecenderungan egoisme dalam masyarakat menjadi kecenderungan untuk berbagi dan bersedekah.
Sebab, yang sebaiknya menggunakan masker adalah mereka yang sakit, bukan yang sehat. Sekarang banyak yang membeli dan menggunakan masker, padahal dirinya sehat. Akhirnya, mereka yang sakit dan membutuhkan masker tidak kebagian masker.
"Padahal, secara teorinya, cara yang paling efektif mencegah penularan adalah yang sakit menggunakan masker, bukan yang sembuh menggunakan masker. Contohnya, saya bawa masker bukan untuk saya pakai. Tapi, kalau saya bertemu orang batuk, saya berikan maskernya," ujarnya.