Survei: Anies Kepala Daerah Paling Populer Jadi Cawapres

Survei IPO menunjukan Anies menjadi salah satu kepala daerah yang populer.

Republika/Arif Satrio Nugroho
Diskusi publik dan paparan survei Indonesia Political Opinion (IPO) di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/3).(Republika/Arif Satrio Nugroho)
Rep: Arif Satrio Nugroho Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Political Opinion (IPO) menggelar survei terkait elit - elit politik di masa depan. Dari survei tersebut, muncul sejumlah  tokoh kepala daerah dengan popularitas tertinggi, berturut-turut yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kami dan Khofifah Indar Parawangsa.

Baca Juga


Anies yang merupakan gubernur DKI meraih popularitas tertinggi dengan angka popularitas 92,4 dan elektabilitas tertinggi dengan angka 17,6. Sementara, popularitas Ganjar Pranowo sebesar 74,5 persen dengan elektabilitas 6,9 persen, popularitas Ridwan Kamil sebesar 67,1 persen dengan elektabilitas 6,7 persen, dan Khofifah Parawansa sebesar 57,5 persen dengan elektabilitas 5,4 persen.

Kendati memiliki popularitas paling tinggi, namun ketika kategori dibagi menjadi capres dan Cawapres, ia justru lebih difavoritkan sebagai cawapres.

"Secara popularitas Ganjar Pranowo dibawah Anies Baswedan, tetapi potensi Keusungannya di Capres jauh melebihi dari Anies Baswedan," kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah dalam diskusi yang digelar di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/3).

Dari segi ketokohan Capres, Anies meraih angka 23 persen. Ia masih kalah dari Ganjar Pranowo (72,5 persen), Ridwan Kamil (32,8 persen), dan Khofifah (25 persen).

Sementara dari ketokohan Cawapres, Anies paling besar dengan prosentase 77 persen, diikuti Khofifah dengan 75 persen, Ridwan dengan 67,2 persen, dan Ganjar dengan 27,5 persen.

Secara umum dari klaster tokoh baru, popularitas Anies berada di urutan kelima dengan prosentase 26,9 persen. Ia berada di bawah Sandiaga Uno (88 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (84,6 persen), Tito Karnavian (47,3 persen), dan Ridwan Kamil (45 persen). 

Dedi menambahkan catatan untuk konstelasi 2024. Ia menyebut, kontestasi 2024 masih memungkinkan adanya isu identitas. Hal ini terlihat dari lamanya durasi sentiment identitas yang tetap mengemuka hingga saat ini meskipun Pemilu 2019 telah usai.

"Dengan kondisi tersebut, maka dua kata kunci ini menjadi penting; Jawa dan Non-Jawa sebagai rumusan pasangan Capres dan Cawapres," ujar Dedi.

Untuk diketahui, Survei IPO ini digelar pada 1 sampai 31 Januari 2020. Survei ini dilakukan dengan pruposive sampling sebanyak 1600 orang dari 27 provinsi, dengan margin of error 4,5. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler