Negara-negara Afrika Mulai Tutup Perbatasan
Beberapa negara Afrika mulai menutup perbatasan pada Ahad (15/3)
REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Beberapa negara Afrika mulai menutup perbatasan pada Ahad (15/3). Memperketat lalu lintas pun dilakukan dengan membatalkan penerbangan dan memberlakukan persyaratan masuk serta karantina.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyatakan keadaan bencana nasional. Dia pun memperingatkan virus corona memberikan dampak yang berpotensi pada ekonomi paling berkembang di benua itu, yang sudah dalam resesi. Langkah-langkah yang harus diambil termasuk melarang perjalanan ke dan dari negara-negara seperti Italia, Jerman, China dan Amerika Serikat.
"Setiap warga negara asing yang telah mengunjungi negara-negara berisiko tinggi dalam 20 hari terakhir akan ditolak visanya," kata Ramaphosa.
Warga Afrika Selatan yang mengunjungi negara-negara sasaran akan dikenakan tes dan karantina ketika kembali ke negara itu. Ramaphosa juga akan melarang pertemuan lebih dari 100 orang.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengatakan pemerintahnya menangguhkan perjalanan dari negara mana pun yang melaporkan kasus COVID-19. "Hanya warga negara Kenya dan orang asing mana pun yang memiliki izin tinggal yang sah akan diizinkan masuk, asalkan mereka melanjutkan karantina sendiri," katanya.
Larangan itu akan mulai berlaku dalam waktu 48 jam dan tetap berlaku setidaknya selama 30 hari. Peraturan itu dibarengi dengan penutupan sekolah dan universitas pada akhir pekan.
Warga juga akan didorong untuk melakukan transaksi tanpa uang tunai untuk mengurangi risiko media yang terkontaminasi. Upaya ini pun dibarengi laporan infeksi sebanyak tiga kasus pada negara itu.
Di Afrika Barat, mulai 17 Maret Ghana akan melarang masuk bagi siapa pun yang pernah ke negara dengan lebih dari 200 kasus virus corona dalam 14 hari terakhir. Peraturan ini dikecualikan kepada penduduk resmi atau warga negara Ghana.
Presiden Ghana Nana Akufo-Addo mengatakan universitas dan sekolah akan ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut. Pertemuan publik akan dilarang selama empat pekan, meskipun penguburan pribadi diperbolehkan untuk kelompok kurang dari 25 orang.
Sedangkan Afrika bagian selatan, Namibia memerintahkan sekolah untuk tutup selama sebulan setelah laporan dua kasus pertamanya pada Sabtu (14/2). Sedangkan Djibouti yang tidak memiliki kasus COVID-19 memilih untuk menangguhkan semua penerbangan internasional. Tanzania yang juga belum memiliki kasus membatalkan penerbangan ke India dan menangguhkan sekolah.