IDI: Tenaga Medis Kekurangan Alat Pelindung Diri

IDI mendapat kabar tenaga medis menyiasati kurangnya APD dengan plastik seadanya.

Thoudy Badai_Republika
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih berpose untuk Republika saat diwawancarai diruang kerjanya di Kantor IDI, Menteng, Jakarta, Rabu (15/1).(Thoudy Badai_Republika)
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan para tenaga medis, baik dokter hingga perawat di fasilitas kesehatan yang menangani virus novel corona (Covid-19), mengeluhkan kurangnya alat pelindung diri (APD) untuk mereka. Bahkan, IDI mendapat kabar bahwa tenaga kesehatan menyiasati kurangnya APD dengan menggunakan plastik seadanya, termasuk jas hujan plastik yang dimodifikasi dan masker biasa.

Baca Juga


"Padahal, petugas kesehatan harusnya pakai masker N95," kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih saat konferensi pers sikap IDI dan organisasi profesi kesehatan menyikapi perkembangan  hasil rapat dan arahan Ketua BNPB Selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Infeksi COVID-19, di kantor IDI, di Jakarta, Senin (16/3) sore.

Faqih menjelaskan banyak petugas kesehatan yang menjadi korban. "APD menjadi isu strategis dan kami sangat concern membahas itu. Tenaga kesehatan di lapangan sudah teriak-teriak kurang (APD)," ujar dia.

Meski belum mendapatkan laporan jumlah kekurangan APD, IDI telah menghimpun APD yang kurang dalam satu set, yaitu masker wajah hingga baju pelindung khusus. Akibat kekurangan APD, Daeng menyebutkan tenaga kesehatan sudah ada yang jadi korban positif terinfeksi virus ini. 

Bahkan, ia menyebutkan tenaga kesehatan yang dirawat sudah banyak. Padahal, dia menambahkan, petugas kesehatan adalah garda terdepan dan dituntut untuk siaga menangani virus ini. 

Di satu sisi, paktanya jumlah tenaga kesehatan kurang. Karena perannya yang strategis untuk penanganan Covid-19, ia meminta tenaga kesehatan dilindungi dan diberikan APD memadai. 

Ia khawatir kalau mereka tidak dilindungi kemudian banyak petugas kesehatan tertular dan diobservasi selama 14 hari atau diisolasi maka menimbulkan efek domino. Efek tersebut, yakni pasti mengurangi petugas kesehatan yang bisa membantu menangani virus. 

"Tentu ini menjadi beban tersendiri, kerumitan tersendiri. Karena itu kami mengusulkan APD perlu diperhatikan mengingat kasus semakin banyak," katanya.

Ia menambahkan, permohonan penambahan APD akan disampaikan ke Gugus Tugas Penanganan Covid-19 melalui surat yang dikirimkan Selasa (17/3). IDI juga meminta ada prosedur supaya perlindungan tenaga kesehatan terjaga.

Di satu sisi, Faqih mengaku IDI telah mengedukasi tenaga dokter di bawah organisasinya untuk menjaga kesehatan, menjaga kebersihan, dan melepas APD dengan benar. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler