Puso Akibat Banjir, Petani di Indramayu Tanam Ulang

Total sawah yang terendam banjir pada Februari lalu mencapai 3.231 hektare.

Antara/M Ibnu Chazar
Petani memanen padi yang terendam banjir. Total sawah yang terendam banjir pada Februari di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, lalu ada 3.231 hektare.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Para petani di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, yang lahannya mengalami gagal panen (puso) akibat banjir, telah mulai melakukan tanam ulang. Selain menimbulkan kerugian secara materi, hal itu juga membuat mereka kehilangan banyak waktu sehingga panen akan mundur.

Baca Juga


Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, menjelaskan, tanam ulang telah dilakukan petani setelah melihat areal sawah mereka yang kebanjiran mulai surut. Dia mengatakan, para petani sebagian besar melakukan tanam ulang dengan memulai kembali persemaian sejak awal.

"Sekarang umur persemaiannya rata-rata baru sekitar seminggu," ujar Waryono, Selasa (17/3).

Untuk menjadi tanaman padi yang siap tanam, maka petani harus menunggu umur persemaian hingga sekitar satu bulan. Itu berarti, mereka baru bisa tanam pada 15 hari–20 hari yang akan datang.

Namun, lanjut Waryono, adapula sejumlah petani yang memperoleh hibah persemaian siap tanam dari petani lainnya. Biasanya, persemaian siap tanam itu merupakan sisa dari petani yang sudah tidak terpakai.

"Jadi bisa menghemat waktu. Tapi jumlahnya sedikit," ujarnya.

Waryono mengatakan, dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian telah meninjau langsung areal persawahan yang mengalami banjir di Kecamatan Kandanghaur pada awal Maret lalu. Saat itu, petani yang mengalami gagal panen akibat banjir dijanjikan akan diberi bantuan.

"Tapi sampai sekarang bantuan belum datang," tutur Waryono.

Meski bantuan belum datang, petani memilih untuk segera melakukan tanam ulang saat melihat banjir telah surut. Walau hal itu membuat mereka harus merogoh kocek lebih dalam.

Waryono menyebutkan, para petani yang sawahnya mengalami kebanjiran rata-rata telah mengeluarkan modal sekitar Rp 4 juta per hektare. Modal itu digunakan untuk biaya traktor dan tanam.

Waryono menambahkan, modal yang dikeluarkan petani itu belum termasuk biaya untuk pemupukan. Pasalnya, areal sawah yang kebanjiran tersebut belum mengalami proses pemupukan.

Menurut Waryono, para petani yang puso itu tidak ada yang ikut asuransi pertanian. Hal itu salah satunya akibat kurangnya kesadaran petani mengenai pentingnya asuransi. Dibutuhkan sosialisasi dari instansi terkait kepada petani.

Di Kecamatan Kandanghaur, total sawah yang terendam banjir pada Februari lalu ada 3.231 hektare. Dari luas lahan yang terendam banjir itu, tanaman padi yang tidak bisa terselamatkan (puso) ada sekitar 2.294 hektare.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler