Mereka Sembuh dari Corona, Ini Testimoni Inspiratifnya
Sejumlah pasien positif corona berhasil sembuh dari penyakit Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Febryan A
Sejumlah pasien berhasil sembuh dari penyakit Covid-19 yang mengancam nyawa mereka. Pesan-pesan inspiratif mereka sampaikan terkait merebaknya penyakit tersebut.
Novita Burhan adalah salah satu pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh oleh dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan. "Apa yang harus kita lakukan? Awalnya, saya sangat sulit menerima kenyataan. Tetapi, kita harus kembali bersemangat, kalahkan virus itu dengan semangat kita," tutur Novita melalui testimoni videonya di media sosial, seperti dilansir Antara, Ahad (5/4).
Perempuan asal Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan, ini mengungkapkan, ia masuk klaster umroh yang terakhir, kemudian dites dan dinyatakan positif Covid-19. Lalu, ia dirawat selama 14 hari di ruang isolasi Infection Center RSUP Wahidin Sudirohusodo bersama beberapa pasien positif lainnya.
Semangatnya yang tinggi untuk sembuh akhirnya terkabulkan. "Caranya bagaimana? Sholat, minta doa kepada Yang Mahakuasa, minum obat secara teratur apa yang ditentukan dokter, taat menggunakan masker. Mereka (paramedis) merawat kita. Saya akhirnya negatif dua kali tes swab dan akhirnya dipulangkan," ucapnya dengan haru.
Novita berpesan kepada rekannya dari Sidrap yang bersamaan melaksanakan umroh maupun pasien termasuk kategori orang dalam pemantauan (OPD) serta pasien dalam pengawasan (PDP) dan dinyatakan positif untuk sabar dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan. Ia juga mengucapkan terima kasih banyak kepada perawat dan seluruh jajaran ruang pusat infeksi RSUP.
“Alhamdulilah, atas pertolongan kalian, saya bisa pulang berkumpul kembali bersama keluarga saya. Terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang selalu mendoakan saya," kata dia.
Salah seorang pasien yang juga sembuh belakangan adalah mantan rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Profesor Idrus Paturusi. Ia meyakini salah satu kunci kesembuhannya adalah dukungan dari orang-orang terdekat.
Idrus menceritakan, pada hari pertama memasuki ruang isolasi di Rumah Sakit Universitas Hasanudddin (RSUH), tanggal 25 Maret, ia sempat merasa putus asa. Pasalnya, ia mengetahui bahwa virus ini telah banyak memakan korban. Bahkan, ia tidak bisa tidur saat malam pertama di ruang isolasi; sesuatu yang ia duga juga dirasakan oleh semua pasien Covid-19.
"Saya telah memikirkan bahwa barangkali, mungkin, ini adalah akhir," kata Idrus menceritakan kembali perasaannya ketika itu lewat rekaman video yang diunggah di akun Youtube dr Helmiyadi, akhir pekan lalu.
Namun, Idrus kemudian berhasil bangkit melawan infeksi virus berkat dukungan orang terdekatnya. "Alhamdulillah, istri saya menemani di kamar isolasi yang membuat saya lebih percaya diri," katanya.
Dukungan moral juga didapatkan dari koleganya. Ia menerima ribuan pesan Whatsapp berisikan ucapan doa untuk kesembuhannya. Oleh karena itu, ia berharap semua pihak memberikan dukungan kepada pasien-pasien Covid-19 yang tengah berjuang untuk sembuh.
"Perlu saya sampaikan kepada para petugas medis, paramedis, dan kita masyarakat di luar untuk senantiasa selalu memberikan support agar mereka bertahan. Alhamdulillah, itu terjadi pada saya," ucap Idrus.
Idrus menambahkan, kepercayaan dirinya juga makin meningkat setelah dia teringat kembali dengan sejumlah riset terkait Covid-19 yang pernah dibacanya. Ia teringat bahwa penyakit Covid-19 ini adalah self-limited disease atau dapat sembuh dengan sendirinya sebagaimana flu biasa.
Ia juga masih teringat betapa pilunya perjuangan paramedis ketika ia dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. "Saya sangat terharu melihat bagaimana paramedis bekerja. Mereka dengan tanggung jawab penuh melayani pasien," kata Idrus dengan suara bergetar.
Ia menceritakan, pada satu malam ketika Idrus di ruang isolasi, salah seorang perawat datang menghampirinya. "Prof, mohon maaf, malam ini tidak akan ada perawat yang jaga," kata Idrus mengenang ucapan perawat itu.
Sontak saja Idrus terkejut. Perawat itu pun menjelaskan alasannya karena mereka kehabisan APD.
"Saya katakan, kalau ada pasien yang emergency tentu mereka membutuhkan kalian. Bagaimana caranya?" tanya Idrus yang juga seorang dokter itu.
"Itulah, Prof, bagaimana caranya? Tentu kami sangat riskan kalau masuk tanpa APD," kata si perawat dengan pasrah.
Sontak, Idrus segera menelepon direktur umum RSUH untuk menanyakan hal ini. Akhirnya, pihak RSUH bergerak mencari APD malam itu. Beruntung, mereka berhasil mendapatkannya.
Menurut Idrus, ketersediaan APD merupakan masalah yang harus diperhatikan semua pihak. Terlebih, jika jumlah pasien Covid-19 di Indonesia melonjak drastis dalam beberapa waktu mendatang.
"Rumah sakit harus antisipasi. Tenaga yang akan melayani harus diantisipasi. Fasilitas-fasilitas harus diantisipasi. Semua harus kita jaga," ucapnya.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia hingga Ahad (5/4) pukul 12.00 WIB tercatat sebanyak 2.273 kasus. Dari jumlah itu, pasien sembuh tercatat sebanyak 164 orang, sedangkan 198 orang meninggal dunia.
(antara ed: fitriyan)