Pertokoan Kecil di India Kembali Buka

India izinkan toko-toko kecil kembali buka setelah lebih dari satu bulan lockdown

Manish Swarup/AP
Petugas pemadam kebakaran Delhi memberikan disinfektan pada tempat yang telah dihadiri jamaah sidang Islam yang dinyatakan positif virus Corona di Nizamuddin, New Delhi, India, Kamis (2/4). India izinkan toko-toko kecil kembali buka setelah lebih dari satu bulan lockdown. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India telah mengizinkan toko-toko kecil untuk kembali beroperasi setelah lebih dari satu bulan menjalani lockdown karena pandemi virus corona. Namun pusat perbelanjaan seperti mal dan sejumlah bisnis di kota yang menjadi episentrum penyebaran virus corona tetap ditutup.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan karyawan maupun pemilik toko yang telah diizinkan buka harus mengikuti tindakan pencegahan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak sosial. India secara bertahap mulai kembali membuka kegiatan perekonomian.

Baca Juga


Semua toko di daerah perdesaan dan perkotaan diizinkan buka kembali pada Sabtu. Namun, toko-toko di pasar tetap ditutup. Media India melaporkan toko-toko yang menjual minuman alkohol tetap ditutup. Sementara platform belanja daring hanya dapat digunakan untuk membeli barang-barang penting.

Berhentinya aktivitas ekonomi mendorong ratusan ribu pekerja migran pulang ke desanya masing-masing. Mereka menjadi pengangguran dan sama sekali tidak memiliki pemasukan selama pemberlakuan lockdown. Sebagian besar dari pekerja migran memilih untuk berjalan kaki untuk pulang ke desanya karena tidak punya ongkos.

India memiliki hampir 25 ribu kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan 780 orang telah meninggal. Jutaan rumah tangga India bergantung pada toko-toko lokal mereka untuk keperluan sehari-hari dan kebutuhan pokok lainnya.

Dilansir BBC Ahad (26/4), pada Maret India menggelontorkan dana talangan sebesar 22 miliar dolar AS untuk membantu warga miskin yang ekonominya terdampak akibat pandemi virus corona. Namun, para kritikus mengatakan,jumlah dana tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga karena hanya berjumlah satu persen dari PDB. Amerika Serikat (AS) dan Singapura mengalokasikan dana sekitar 10 pesen dari PDB untuk paket serupa.

Awal bulan ini Bank Dunia mengatakan kawasan Asia Selatan menghadapi kinerja ekonomi terburuk dalam 40 tahun karena pandemi virus corona. Bank Dunia memprediksi India yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Selatan, pertumbuhannya hanya mencapai 1,5 persen di tahun fiskal. Prediksi tersebut turun dari angka sebelumnya yakni lima persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler