Muslim Terdahulu Banyak Manfaatkan Wakaf Saat Wabah
Aset wakaf banyak dimanfaatkan semasa terjadi wabah.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam sejarah islam, wakaf telah banyak dimanfaatkan oleh umat muslim untuk menangani wabah di masa silam. Sejumlah aset wakaf banyak dimanfaatkan selama wabah.
"Manfaat wakaf sesungguhnya sangat penting dimasa pandemi ini, dalam sejarah Islam banyak aset wakaf yang dimanfaatkan," kata Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Bidang Advokasi dan Kelembagaan, Iwan Agustiawan Fuad, Senin (4/5).
Terdapat beberapa model rumah sakit wakaf pada masa kejayaan islam untuk pengobatan ruang isolasi, dan penelitian penyakit termasuk penyakit menular.
Salah satunya, Bimaristan Sultan Qalawun Kairo pada 1284 masehi, Rumah sakit Sultan Qalawun dibangun di Kairo oleh Sultan Amir 'Alam al-Din Sanjar al-Shuja'i, penguasa dinasti Mamluk. RS ini di atas tanah wakaf, lengkap dengan berbagai fasilitas di antaranya, fasilitas untuk keragaman subjek seperti pembedahan dan oftalmologi, penelitian penyakit baru dan menular lainnya.
Kemudian Maristan al-Nuri Damaskus, Suriah pada 115 masehi, lokasinya berada di kawasan pasar al-Hamidiyyeh. RS ini berada di atas tanah wakaf, dibangun Nur ud-Din Zangai sebagai rumah sakit, isolasi, dan sekolah kedokteran. Sekolah ini memiliki kedudukan penting sebagai lembaga medis dan paling maju pada masanya, sampai pada ke abad-19. Bangunan ini kini difungsikan sebagai museum kedokteran islam.
Lalu Bimaristan Divrigi Sivas Turki pada 1229 masehi, bangunan ini bukan hanya difungsikan sebagai masjid yang penuh hiasan, melainkan juga difungsikan sebagai kompleks pengobatan di kota kecil Divrigi di Anatolia Timur, sekarang provinsi Sivas, Turki. Pada 1985, RS ini sebelumnya memiliki peralatan yang cukup lengkap dan modern di masanya, serta termasuk dalam situs warisan dunia Unesco.
Iwan mengungkapkan, pandemi dalam peradaban islam sudah beberapa kali terjadi, dan umat islam terdahulu mengembangkan ihktiar baru mengatasi pandemi, yaitu melalui vaksinasi. Cikal bakal vaksinasi berasal dari dokter-dokter muslim pada zaman khilafah utsmani.
Sebelumnya pada 541 wabah pes bubonik pertama tercatat dalam sejarah. Ini merebak sampai konstantinopel pada musim semi tahun berikutnya. Wabah menyebabkan 10.000 orang meninggal setiap hari, pada 1814 sekitar 8.000 orang meninggal dunia karena epidemi di Hijaz, dan pelaksanaan haji tertunda.
Kemudian pada tahun 1837 masehi, aktivitas haji di al-Haram dihentikan karena wabah, dan selama periode tersebut 1.000 peziarah meninggal setiap hari.
Namun saat ini di tengah pandemi covid-19 (virus corona) belum banyak aset wakaf yang dimanfaatkan. Hal ini juga karena wakaf masih dianggap sebagian besar masyarakat muslim hanya sebatas untuk kuburan, masjid dan pesantren.
"Animo masyarakat untuk berwakaf pada masa krisis ini masih rendah, karena literasi untuk pengenalan peran wakaf produktif dalam penyelesaian krisis, dan pembangunan jangka panjang jarang di angkat di dalam media sosial dan elektronik," ucap Iwan.