Cara Orang Tua Saudi Biasakan Anak Berpuasa Ramadhan
Anak-anak menyontoh cara orang tuanya berpuasa Ramadhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Sebagai salah satu dari lima rukun Islam, puasa adalah bagian penting dari sebagian besar rumah tangga Saudi dan Muslim. Anak-anak kecil menyontoh tindakan keagamaan yang dilakukan oleh orang tua, lantas menjadikannya sebagai kebiasaan alih-alih rezim keluarga yang dipaksakan.
Umat Muslim mulai berpuasa setelah mencapai pubertas, tidak ada rincian usia tertentu karena berbeda antar individu. Dengan demikian, tidak ada usia tertentu di mana orang tua dapat menentukan anak-anak mereka mulai berpuasa.
“Saat tumbuh dewasa, anak-anak meniru orang tua mereka dan orang-orang di sekitar. Mereka meniru ucapan, tindakan, maupun kebiasaan makan. Puasa adalah hal lain yang mereka lakukan ketika melihat orang tua mereka, kemudian teman sekelas dan guru,” ujar seorang ibu dari lima orang anak, Amal Turkistani, dikutip di Arab News, Selasa (5/5).
Anak-anak menginginkan penerimaan sosial sejak usia dini. Mereka kerap mencari pujian dan ingin mengesankan orang dewasa di sekitar mereka.
Turkistani menyebut, tak jarang mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Tindakan ini seolah mengatakan, 'Saya bukan anak kecil, saya bisa berpuasa seperti kalian'.
Turkistani memiliki empat putri dan satu putra. Dia menyebut tak harus mengajar atau memerintahkan mereka untuk berpuasa. Mereka hanya mulai mengajukan pertanyaan dan memberi tahu kapan mereka siap untuk memulai.
"Dari sana, perlahan-lahan memudahkan mereka lebih memahami. Anak saya, yang berusia 12 tahun, sangat keras kepala. Ketika dia berusia sekitar 6 tahun, dia berkata ingin berpuasa dan saya katakan kepadanya dia bisa mencobanya," lanjutnya.
Proses puasa dimulai dengan satu jam per hari. Kemudian dilakukan dalam beberapa jam, berjenjang menuju puasa setengah hari, lantas sehari penuh seiring dengan berlalunya waktu.
Umat Muslim hanya perlu berpuasa selama bulan Ramadhan. Ini adalah persembahan Islam yang paling mudah bagi anak-anak, karena periode komitmennya sangat singkat.
Turkistani memperhatikan pola itu pada semua anak-anaknya. Mereka menyebut, berpuasa sebulan lebih mudah daripada beribadah atau shalat lima kali sehari sepanjang tahun.
Seorang ibu lainnya dari Jeddah, Hanadi Al-Maghrabi, mencoba metode yang sama dengan putrinya yang berusia 8 tahun. Ia tidak memaksa sang anak berpuasa dan menyerahkan sepenuhnya sesuai keinginan sang putri.
"Ketika dia datang dan bertanya kepada saya tentang puasa dan bagaimana cara kerjanya, saya mengusulkan dia mencoba puasa pada akhir pekan sehingga dia tidak memaksakan dirinya," kata wanita berusia 42 tahun ini.
Seorang ibu dari anak kembar, Layal Hassan mengatakan, sistem puasa intermiten bekerja untuk putra-putranya. Anak-anak lelakinya mulai berpuasa secara bertahap, dan yang sangat membantu adalah mereka berpuasa setiap hari.
"Sejak awal, orang tua harus bersikap lunak dan tidak membuat anak-anak mereka merasa bersalah. Pendekatan yang keras akan membuat anak-anak menjauhkan diri dari praktik keagamaan," ucapnya.
Bulan Ramadhan akan selalu diikuti oleh Idul Fitri, untuk merayakan akhir bulan puasa. Dalam perayaan itu, banyak anak mengasosiasikan sebagai sistem penghargaan setelah bertahan selama sebulan penuh.
"Setiap Idul Fitri, anak-anak mendapat tunjangan uang (dikenal sebagai Eidiya) karena sudah menyelesaikan Ramadhan, dari anggota keluarga, bahkan terkadang keluarga besar. Bagi mereka, itu hadiah untuk puasa," kata Turkistani.
Anak-anak juga dapat termotivasi dengan mudah sepanjang hari, dengan sistem hadiah yang lebih kecil selama bulan suci Ramadhan. Al-Maghrabi akan meninggalkan permen untuk putrinya setiap berbuka puasa.