Gejala Ruam Kulit Muncul pada Pasien Virus Corona

Sejumlah orang yang terinfeksi virus corona mengalami aneka ruam kulit.

Newsflash/@CGPodologos via The Sun
Para ahli di Spanyol sedang menyelidiki kemungkinan lesi di kaki merupakan gejala infeksi virus corona.
Rep: Kiki Sakinah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi virus corona menunjukkan gejala baru selain dari gejala umumnya, seperti batuk, demam, dan sesak napas. Belum lama ini, sejumlah laporan di seluruh dunia menunjukkan adanya gejala ruam kulit pada pasien pengidap Covid-19.

Ruam kulit tersebut dapat timbul dalam berbagai bentuk. Beberapa tampak seperti bintik-bintik merah kecil, sementara yang lain tampak seperti lesi datar atau lebih besar. Beberapa ruam tampak seperti sarang dan yang lainnya terlihat seperti jari kaki yang membeku.

Kendati demikian, penyebab gejala ruam kulit ini tidak bisa langsung disimpulkan karena virus corona baru atau apakah itu terkait faktor lain. Seorang profesor dermatologi di University of California, San Francisco, Amerika Serikat (AS), sekaligus pemimpin redaksi jurnal JAMA Dermatology, Dr Kanade Shinkai, mengatakan bahwa gejala tersebut benar-benar menimbulkan pertanyaan besar.

"Tidak jelas apakah lesi kulit yang kita lihat dalam Covid sebenarnya adalah manifestasi langsung dari virus itu di kulit, atau apakah itu adalah pola reaksi karena sistem kekebalan tubuh yang umumnya meningkat," kata Shinkai kepada Live Science, dilansir di Fox News, Kamis (7/5).

Baca Juga


Gejala terbaru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)


Dalam editorial yang diterbitkan pada 30 April di jurnal JAMA Dermatology, Shinkai dan rekan-rekannya menulis bahwa beberapa ruam juga kemungkinan disebabkan oleh komplikasi dari penyakit, reaksi terhadap obat-obatan, atau bahkan karena virus lain pada pasien dengan 'koinfeksi'. Timbulnya gejala ruam kulit ini telah menyita perhatian di media sosial dan diskusi forum daring. Karena itu, diperlukan penelitian untuk menjawab banyak pertanyaan terkait gejala baru ini.

Lantas, seberapa umum gejala ruam ini?
Beberapa penyakit virus, seperti cacar air, campak, dan penyakit tangan, kaki dan mulut (HFMD) dapat menyebabkan timbulnya ruam. Akan tetapi, Shinkai mengatakan bahwa ruam terkait virus lebih sering terlihat pada anak-anak.

"Itulah mengapa jauh lebih mengejutkan melihat banyak laporan ruam pada pasien dewasa dengan Covid-19," kata Shinkai.

Sebenarnya, seberapa umum ruam itu masih belum jelas. Dalam satu penelitian awal terhadap lebih dari 1.000 pasien Covid-19 di China, yang diterbitkan 28 Februari 2020 di New England Journal of Medicine, ruam tercatat pada hanya 0,2 persen pasien.

Namun, dalam penelitian yang lebih baru terhadap sekitar 150 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Italia, ruam ditemukan pada 20 persen pasien. Penelitian terakhir diterbitkan 26 Maret lalu di Journal of European Academy of Dermatology and Venereology yang dilakukan oleh para dokter kulit.

Shinkai mengatakan, penelitian itu akan dapat mendeteksi perubahan kulit yang lebih halus daripada dokter-dokter di spesialisasi lain. Dalam hal ini, Shinkai menekankan perlunya lebih banyak penelitian terhadap pasien selama periode waktu tertentu guna mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang prevalensi ruam yang terkait dengan Covid-19.

Namun, tantangannya adalah beberapa pasien mungkin memiliki gejala penyakit ringan atau tidak ada gejala lain dari penyakit dan mungkin tidak pernah didiagnosis dengan Covid-19. Sebenarnya, ruam yang jelas terkadang bisa menjadi tanda-tanda dari infeksi tertentu.

Karena itu, editorial JAMA mengatakan bahwa ruam menjadi kasus untuk pasien Covid-19 masih harus diamati. Sejauh ini, beragam ruam telah ditemukan pada pasien Covid-19.

Sebuah penelitian Spanyol yang diterbitkan 29 April di British Journal of Dermatology mengelompokkan ruam terkait virus corona ke dalam lima kategori. Kategori itu di antaranya, ruam 'makulopapular' atau ruam yang karakteristik infeksi virus, seperti campak, dengan benjolan merah pada kulit kemerahan.

Selanjutnya, ada karakteristik ruam gatal 'urtikaria', ruam  'livedo' dengan pola seperti renda atau jala, ruam melepuh atau 'letusan vesikular', dan ruam di jari-jari kaki seperti radang dingin (membeku) yang secara tidak resmi dijuluki "jari kaki Covid" alias Covid toes.

Selain itu, satu laporan kasus terbaru yang diterbitkan 30 April di JAMA Dermatology menggambarkan kasus seorang pria di Spanyol yang mengalami "petechiae" atau titik-titik merah kecil di kulit. Sedangkan sebuah laporan kasus terpisah, juga diterbitkan dalam JAMA Dermatology, menggambarkan seorang pasien di Prancis yang mengalami lesi yang lebih besar yang dikenal sebagai "erupsi papulosquamous yang mendadak."

Waktu gejala ruam dengan Covid-19 juga tampaknya sangat bervariasi. Dalam beberapa kasus, ruam mendahului gejala seperti demam. Dalam kasus lain, ruam mungkin muncul beberapa hari setelah penyakit atau tidak muncul sampai akhir perjalanan infeksi.

Karena itulah, menurut Shinkai, diperlukan penelitian untuk mengevaluasi secara komprehensif pada ruam-ruam tersebut dan kapan itu terjadi. Dokter juga perlu memeriksa sampel jaringan untuk menentukan apakah virus yang menyebabkan Covid-19 dapat dideteksi di kulit itu sendiri, yang merupakan kasus untuk beberapa penyakit virus yang menyebabkan ruam.

Selain itu, Shinkai mengatakan bahwa signifikansi ruam ini harus dipelajari. Hal itu untuk melihat apakah ruam tekait dengan hasil yang lebih baik atau lebih buruk bagi pasien. Sebagai contoh, seperti dilaporkan Live Science sebelumnya, beberapa pasien dengan jari kaki Covid telah dilaporkan memiliki kasus Covid-19 yang ringan atau tanpa gejala.

Guna membantu dokter mempelajari lebih lanjut tentang Covid-19 dan ruam ini, gugus tugas bersama American Academy of Dermatology telah membuat registrasi dermatologi Covid-19 online, di mana penyedia layanan kesehatan dapat melaporkan temuan kulit yang terkait dengan penyakit ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler