Investasi Obligasi Tepat dalam Situasi Pandemi
Investor disarankan untuk melakukan diversifikasi aset.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan terganggunya aktivitas ekonomi di sebagian besar belahan dunia saat ini akibat mewabahnya Covid-19, para ekonom memperkirakan akan terjadi kontraksi ekonomi dunia pada dua hingga tiga kuartal pertama pada tahun ini. Dalam situasi seperti ini, para investor disarankan untuk melakukan diversifikasi aset, utamanya ke fixed income atau pendapatan tetap.
Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menjelaskan, kondisi fundamental Indonesia saat ini cukup baik, berbeda dengan di saat krisis ekonomi 1998.
"Yang terpenting dilakukan investor di masa apapun terutama yang baik dilakukan dengan kondisi saat ini adalah diversifikasi aset. Saya sarankan investor menyesuaikan alokasi aset portofolionya dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas portofolio," ujar Ivan Jaya dalam Market Update Online, Selasa (12/4).
Memang belum ada yang tahu pasti apakah IHSG sudah mencapai bottom atau belum, karena ketidakpastian dari pandemi Covid-19 masih ada. Sejarah mencatatkan pasar akan bangkit kembali setelah mengalami keterpurukan dan ini bukan pertama kali pasar mengalami kejatuhan. Namun menurut Ivan yang lebih penting untuk dicermati adalah waktu recovery ketika IHSG masuk pada bear market.
Dari sejarahnya, secara rata-rata IHSG membutuhkan waktu selama 11 bulan untuk recover (pertama kali melewati titik puncak sebelumnya) dengan durasi paling lama selama 18 bulan. "Perlu diingat bahwa kinerja masa lalu bukan jaminan kinerja masa depan, yang terpenting dalam strategi berinvestasi adalah mencari tahu tujuan Investasi, keadaan cash flow dan profil risiko kita," jelas Ivan.
Pada saat ini, Ivan menyarankan investor untuk menyesuaikan alokasi aset portofolionya dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas portofolio. Untuk investor dengan profil risiko balanced adalah 30 persen di reksa dana saham, 35 persen reksa dana pendapatan tetap, 25 persen di reksa dana pasar uang, dan 10 persen di deposito.
Sedangkan untuk investor dengan profil risiko agresif idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60 persen reksa dana saham, 25 persen reksa dana pendapatan tetap dan 15 persen reksa dana pasar uang.
Selain itu, Ivan juga menyarankan agar investor berinvestasi di obligasi (bond) atau surat utang negara. Karena penurunan suku bunga berbanding terbalik dengan price bond. Dia mencontohkan, obligasi FR0083 diperkirakan memiliki price movement 7,4 persen hingga akhir tahun 2020, dengan pemangkasan Bank Indonesia 7Days Reverse Repo Rate sebesar 0,75 persen.
"Kalau sampai akhir tahun dipangkas 0,25 persen lagi, maka potensi price movement-nya bisa 9,9 persen," kata Ivan.