Sakit Gigi Seperti Apa yang Termasuk Kondisi Darurat?
Dokter gigi hanya melayani pasien kondisi darurat selama masa pandemi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa pandemi Covid-19, masyarakat dianjurkan untuk menunda pergi ke rumah sakit, apalagi pergi ke dokter gigi. Sebab, penyakit akibat infeksi virus corona itu mudah menular droplet alias percikan liur. Dalam kondisi darurat seperti apa orang harus ke dokter gigi?
Drg Nurvitasari mengatakan, rongga mulut adalah gerbang utama mengolah makanan, organ yang sangat penting yang harus dijaga. Apalagi, di masa pandemi, beberapa dokter gigi tidak bisa praktik dengan alasan keamanan diri dan pasien.
"Droplet ini partikelnya kecil, tidak terlihat sama sekali, apalagi dokter gigi menggunakan bor kecepatan tinggi yang bisa membuat partikel tadi dibuat lebih kecil lagi menjadi airborne yang bisa bertebaran di udara dan apabila partikel kecil ini berterbangan, ia bisa membawa virus corona dan bisa bertahan di udara selama delapan jam,” ujar Nurvitasari dalam Muslimah Creative Stream Fest, yang diselenggarakan Scarf Media dengan dukungan Republika, belum lama ini.
Dengan mempertimbangkan risiko tersebut, Nurvitasari menjelaskan bahwa hanya kasus emergency saja yang diterima di dokter gigi. Bila sakit gigi saat minum air dingin atau makan manis, menurut Nurvitasari, itu gejala ringan. Level satu sampai lima masih bisa tangani di rumah.
"Sangat disarakan tidak ke dokter gigi dulu, sebaiknya lakukan perawatan di rumah, tidak memerlukan tindakan," ujarnya.
Apabila skala sakitnya hanya satu sampai lima, sebaiknya konsultasi online dengan dokter langganan. Nantinya, dokter akan meresepkan obat analgetik.
"Jangan sembarangan membeli obat di apotik, belum tentu dosisnya tepat," kata Nurvitasari.
Mereka yang hanya ingin sekadar kontrol dan mendapatkan layanan pembersihan karang gigi juga disarankan menunda ke dokter gigi sampai pandemi berakhir. Di lain sisi, Nurvitasari mengatakan, ada beberapa jenis kondisi darurat yang bisa dilayani, yaitu apabila pasien merasakan nyeri yang sangat hebat dari angka satu sampai 10, merasa sudah sangat sakit dengan skala lima sampai 10 skala, atau mengalami perdarahan berat pada area rongga mulut.
"Kalau sakit gigi sudah mengganggu istirahat dan makan, tidur, sakit tanpa rangsangan, diem saja sakit, itu sudah pasti di atas lima, itu masuk tindakan yang harus dilakukan di dokter gigi,” dokter gigi yang juga influencer tersebut.
Begitu sampai di tempat praktik dokter gigi, ada beberapa tahapan prosedur pengamanan yang harus dijalani pasien. Nurvitasari merekomendasikan agar pasien menggunakan masker ketika ke rumah sakit.
"Pakai face shield kalau punya," ujarnya.
Nurvitasari mengingatkan orang dewasa yang berobat gigi ke rumah sakit agar tidak membawa anggota keluarga untuk menemani karena tidak diizinkan berada di ruang tunggu. Pasien harus dipastikan sehat, tidak demam, tidak batuk pilek, dan tidak ada kontak dengan orang suspect Covid-19.
Di ruangan dokter gigi, pasien akan berikan perlindung berupa kacamata penutup agar air liur tidak masuk ke mata dan hidung. Bila dibutuhkan pengeboran, rongga mulut akan ditutup alat agar air liur tidak keluar.
"Memang agak lebih ribet."
Untuk dokter, perlindungannya juga ketat. Dokter menggunakan alat pelindung diri (APD) level tiga, dari penutup kepala sampai kaki.