Tes Pengobatan Covid-19 dengan Darah Penyintas Dimulai Juli

Takeda akan menguji coba pengobatan Covid-19 berbekal antibodi penyintas.

Republika/Raisan Al Farisi
Kantong darah. Takeda akan melibatkan ratusan pasien Covid-19 untuk uji coba pengobatan dengan antibodi penyintas pada Juli.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Takeda Pharmaceutical Co Ltd pada Rabu (13/5) mengatakan, uji coba pengobatan Covid-19 yang didasarkan pada antibodi dari darah pasien yang pulih kemungkinan dimulai pada Juli. Uji klinis akan melibatkan ratusan pasien dan membutuhkan beberapa bulan untuk menyelesaikannya.

"Jika berhasil, kami dapat mengajukan persetujuan oleh otoritas AS tahun ini, ujar Julie Kim, kepala unit terapi turunan plasma di Takeda.

Baca Juga



Meski begitu, Kim mengatakan kepada investor bahwa ketersediaan produk akan secara luas belum bisa disebut. Soalnya, studi klinisnya pun masih belum jelas.

"Tapi kami berharap sebelum akhir tahun sudah dapat mendapat beberapa informasi terkait penggunaan yang lebih luas," ungkap Kim.

Memerangi penyakit dengan darah dari para penyintas adalah strategi kuno yang belum diuji dengan baik untuk virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, yang awalnya muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu dan telah menyebar ke seluruh dunia. Beberapa rumah sakit telah mengumpulkan plasma darah dari pasien yang pulih dan memasukkannya ke tubuh orang yang sakit Covid-19, tetapi kemanjurannya masih dipelajari.

Covid-19 telah menginfeksi 4,3 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan hampir 300.000 telah meninggal, menurut hitungan Reuters. Pandemi itu telah memacu beberapa lembaga pembuat obat untuk berlomba mengembangkan pengobatan atau vaksin yang layak.

Perawatan yang diusulkan Takeda menawarkan dosis antibodi standar. Perawatan itu juga memiliki umur simpan yang jauh lebih lama daripada plasma darah yang tidak diproses. Belum ada pengobatan untuk Covid-19 yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS.

Jumlah pasien yang dapat dibantu oleh pengobatan Takeda, awalnya disebut TAK-888, sebagian tergantung pada ketersediaan donor darah, kata Kim dalam sebuah wawancara dengan Reuters. Menurut Kim, ini sumber daya yang langka.

"Antibodi tidak bertahan selamanya dan kita harus menahan orang-orang dalam periode waktu itu. Ini tergantung pada perkembangan Covid-19 dalam geografi yang berbeda."

Pekan lalu, Takeda yang merupakan perusahaan farmasi asal Jepang mengatakan telah bergabung dengan sembilan perusahaan lain yang bekerja pada terapi berbasis plasma darah untuk mengembangkan pengobatan bagi pasien Covid-19. Aliansi Plasma CoVIg-19 itu juga mencakup Biotest AG, CSL Behring, dan Octapharma Plasma.

Takeda bekerja sama dengan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) dalam uji klinis untuk menghasilkan pengobatan Covid-19. Hasilnya tidak akan memiliki perlindungan paten industri obat standar karena menggunakan teknologi yang ada.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler