Muslim di Jepang Khawatir tak Dapat Pemakaman Secara Islam
Ada kesulitan mengurus pemakaman Muslim yang meninggal karena Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ada kekhawatiran umat Islam di Jepang tentang proses pengurusan jenazah Muslim yang meninggal akibat Covid-19 tak ditangani sesuai tata cara Islam. Seperti dialami seorang insinyur asal Malaysia, Amalina Tajudin yang bahkan sempat berencana mengajukan pengunduran diri dari pekerjaannya karena takut tak mendapat pemakaman dengan tata cara Islam bila dirinya meninggal akibat Covid-19 di Jepang.
Pria yang sudah lima tahun bekerja di Tokyo itu mengatakan, dirinya hampir menyerahkan surat pengunduran diri pada April saat Jepang menyatakan keadaan darurat akibat peningkatan kasus Covid-19.
"Pada waktu itu ada seorang Muslim yang meninggal karena Covid-19 di Jepang, masjid mengalami kesulitan mengurus jenazah, sementara rumah sakit mau mengkremasi jenazahnya. Itu adalah masalah yang berat, dan sampai masjid meminta umat Islam menulis surat wasiat yang menyatakan mereka ingin diberikan pemakaman Islam," kata Tajudin, seperti dilansir The Star, Kamis (28/5).
Namun demikian, ia pun akhirnya berubah pikiran setelah berbicara dengan pimpinan di perusahaannya. "Perusahaan memungkinkan kami bekerja di rumah, itu yang membantu meringankan pikiran saya," kata Tajudin.
Ia pun mengaku perayaan Ramadhan dan Idul Fitri di Tokyo sangat berbeda tahun ini akibat Covid-19. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana banyak warga Malaysia yang berkumpul di Kedutaan saat hari raya.
"Biasanya orang Malaysia berkumpul di Kedutaan Besar Malaysia di Tokyo di hari pertama Hari Raya dan kami shalat dan makan bersama. Tapi tahun ini tak ada pertemuan. Saya merasa sangat sedih, tapi saya bisa berbincang dengan keluarga dan teman melalui panggilan video," katanya.
Tajudin dan sejumlah warga Malaysia lainnya yang berada di Jepang pun berinisiatif menggalang dana dengan nama Proyek Donasi PPE Kizuna. Di mana penggalangan dana itu bertujuan untuk menyediakan alat pelindung diri bagi pertugas medis di rumah sakit Jepang. Ia berencana menyediakan 700 sampai 800 APD bagi tenaga medis.