PBNU: Atasi Covid-19 Dengan Gotong Royong

Gotong royong bisa mengatasi covid-19.

tangkapan layar wikipedia
PBNU: Atasi Covid-19 Dengan Gotong Royong. Foto: (ilustrasi) logo nahdlatul ulama
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat pandemi virus corona atau Covid-19 harus dengan gotong royong bersama-sama. Hal itu disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud saat percakapan virtual para tokoh lintas agama tentang 'Tata Hidup Baru (The New Normal Life): Perspektif Agama-Agama' yang diselenggarakan Inter Religious Center (IRC) Indonesia.

KH Marsudi mengatakan, ada dua rekomendasi. Pertama rekomendasi untuk pemangku kebijakan. Kedua rekomendasi untuk masyarakat dan pimpinan agama. Untuk pemangku kebijakan, jika mulai menerapkan new normal dengan membuka mal-mal. Maka gereja, pura dan masjid juga harus dibuka.

"Tinggal protokolnya yang harus dipikirkan bersama-sama kepada daerah yang akan membuka new normal," kata KH Marsudi, Senin (8/6).

Terkait rekomendasi kedua, ia mengingatkan, kejadian di Amerika Serikat (AS) pemicunya adalah masalah rasial. Tapi faktanya ada kejadian penjarahan. Artinya problem Covid-19 ini secara kemanusiaan sudah sampai perut. Ketika suatu masalah sudah sampai perut, maka tidak bisa diatasi sendiri-sendiri.

Ia berharap organisasi seperti Muhammadiyah dan yang lainnya bisa menyatu bersama-sama untuk mengantisipasi berbagai masalah agar tidak sampai ke perut. Ia juga menyoroti banyaknya sumbangan yang masuk ke Rumah Sakit (RS), baik RS swasta maupun daerah.

"Ratusan alamatnya menyumbang ke RS, kalau RS ternyata sebagai tujuan sumbangan dan di situ sudah menumpuk barang, maka baiknya itu bisa untuk masyarakat, intinya gotong royong bersama-sama mengatasi situasi ini," ujarnya.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menambahkan, Covid-19 adalah realitas yang harus dihadapi bersama, karena ini adalah masalah bersama. Covid-19 bukan hanya masalah pemerintah, karena itu masalah yang timbul akibat pandemi ini menjadi tanggung jawab bersama.

"Komunitas umat beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing diharapkan, tentu saja sudah seharusnya kita ini bisa terus saling berkerjasama dan apa yang sudah kita lakukan selama ini dapat diakselerasi dan diperkuat terutama dengan peran-peran para tokoh agama dan organisasi agama termasuk lewat IRC," ujarnya.

Percakapan virtual para tokoh lintas agama tentang 'Tata Hidup Baru (The New Normal Life): Perspektif Agama-Agama' yang diselenggarakan IRC Indonesia dihadiri banyak tokoh agama-agama. Diantaranya Ketua Kehormatan Presidium Inter Religious Center (IRC) Indonesia Prof Din Syamsuddin, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Jacky Manuputty, dan Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Prof Philip K Wijaya.

Kemudian ada Sekretaris Komisi HAK Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Heri Wibowo, Tokoh Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) dan Prajaniti Hindu Indonesia KS Arsana, Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Budi S Tanuwibowo dan Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Prof Noor Ahmad.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler