Rusia: Israel Caplok Tepi Barat akan Provokasi Kekerasan
Rusia menilai rencana Israel mencaplok Tepi Barat mengakhiri prospek solusi 2 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov mengatakan, rencana Israel untuk mencaplok wilayah Tepi Barat akan mengakhiri prospek solusi dua negara. Selain itu, Bogdanov yang juga merupakan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Afrika menyatakan, rencana pencaplokan tersebut kemungkinan besar akan memprovokasi putaran kekerasan baru di Palestina.
"Kami percaya bahwa tindakan seperti itu akan memiliki konsekuensi yang sangat merugikan. Menurut pendapat kami, pencaplokan beberapa wilayah Palestina oleh Israel akan menghalangi penerapan solusi dua negara dan kemungkinan besar akan memprovokasi putaran baru kekerasan di Palestina," kata Bogdanov dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Ahram Mesir.
Rencana Israel untuk mencaplok wilayah Tepi Barat muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan proposal perdamaian Timur Tengah, yang disebut sebagai kesepakatan abad ini. Proposal tersebut mengusulkan solusi dua negara yang dapat menciptakan negara Palestina dengan didemiliterisasi. Namun, pihak Arab menolak kesepakatan itu karena akan mengakui permukiman Israel di Tepi Barat.
Palestina menginginkan pembentukan negara yang merdeka di Tepi Barat, Yerusalem, Timur, dan Jalur Gaza. Ketiga wilayah itu direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967. Dalam proposal perdamaian Trump menyebutkan bahwa Yerusalem adalah wilayah yang tidak terbagi.
Palestina langsung menolak rencana perdamaian tersebut. Para pejabat Palestina mengatakan bahwa di bawah rencana AS, Israel akan mencaplok antara 30 persen hingga 40 persen dari wilayah Tepi Barat, termasuk semua Yerusalem Timur. Israel menolak untuk mengakui Palestina sebagai negara dan menentang resolusi PBB.
"Begitu Israel melanjutkan rencananya untuk mencaplok wilayah-wilayah Tepi Barat, kami akan membuat langkah selanjutnya untuk mendeklarasikan kemerdekaan Palestina", ujar Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, seperti dikutip oleh kantor berita Palestina, Ma'an.
Sebelumnya, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan, Palestina akan memutuskan semua perjanjian keamanan yang telah dicapai dengan Israel dan AS. Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan, proses pencaplokan wilayah Tepi Barat yang diduduki akan dimulai pada 1 Juli mendatang.