Turki akan Bangun Dua Pangkalan Militer di Libya
Kapal perang Turki juga akan digunakan untuk memantau pengeboran minyak Libya.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki berencana membangun dua pangkalan militer permanen di Libya sebagai bagian dari dukungannya bagi Government of National Accord (GNA). Menurut surat kabar Yeni Safak, GNA sedang mempertimbangkan untuk membolehkan militer Turki menggunakan Pangkalan Udara Al-Watiya yang baru saja direbut kembali dari Libyan National Army (LNA).
Selain itu, Ankara kemungkinan juga menjadi pemilik bersama perusahaan minyak lepas pantai yang berbasis di zona ekonomi eksklusif Libya. Dengan demikian, kapal perang Turki akan diperlukan untuk memantau operasi pengeboran.
Turki telah memberikan dukungan militer kepada GNA sejak akhir 2019. Pasukan GNA telah berhasil merebut kembali wilayahnya dari LNA dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Maret, pemerintah Libya meluncurkan Operation Peace Storm untuk melawan serangan di ibu kota dan baru-baru ini mendapatkan kembali lokasi strategis, termasuk pangkalan udara Al-Watiya dan kota Tarhuna, yang dipandang sebagai pukulan signifikan bagi pasukan Haftar. Kota Tarhuna yang strategis dan penting, dianggap sebagai benteng terakhir Haftar dan telah dibebaskan oleh tentara Libya.
Pemerintah Libya yang diakui secara internasional berkonflik dengan pasukan Haftar sejak April 2019, dengan lebih dari 1.000 tewas dalam kekerasan. PBB mendesak pihak luar untuk menghormati kesepakatan yang dicapai pada konferensi bulan Januari di Berlin, mengakhiri campur tangan asing dan menegakkan embargo senjata yang telah banyak dilanggar.