Perusahaan Turki Diwajibkan Bayar Impor dengan Yuan China
Turki ingin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS lewat penggunaan yuan China.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Bank Sentral Turki mengumumkan penggunaan mata uang yuan China untuk pertama kalinya dalam sejarah. Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh bank sentral, seluruh perusahaan Turki di berbagai sektor harus membayar tagihan impor mereka dengan menggunakan mata uang yuan melalui bank terkait.
"Pemanfaatan dari perjanjian swap ini adalah penting dalam hal memfasilitasi penggunaan mata uang lokal dalam pembayaran perdagangan internasional dan akses mudah perusahaan Turki ke likuiditas internasional," ujar pernyataan Bank Sentral Turki, dilansir Anadolu Agency.
Menurut pernyataan bank sentral, penggunaan mata uang yuan dapat memperkuat kerja sama keuangan antara Turki dan China. Perjanjian swap ditandatangani antara Bank Sentral Turki dengan Bank Rakyat China pada 2019. Di bawah kesepakatan itu, bank-bank komersial dapat memperluas jangkauan produk mereka sesuai dengan perdagangan internasional, dan kegiatan keuangan dengan strategi berdasarkan perjanjian swap.
Swap adalah transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka, atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian kurs (kurs bersifat tetap selama kontrak), sehingga dapat menghindari kerugian selisih kurs.
Turki ingin mengurangi pemakaian dolar AS dalam transaksi perdagangan global. Ketergantungan terhadap dolar AS dapat menyebabkan ketidakstabilan nilai tukar lira sehingga beberapa kali mengalami penurunan drastis.
Berita ini diterbitkan di: https://www.aa.com.tr/en/economy/yuan-rolled-out-under-turkey-china-swap-deal/1883085