Gereja Jadi Masjid, Masjid Jadi Gereja, Kok Pusing?

DI banyak negara lumrah terjadi masjid jadi gereja dan gereja jadi masjid.

hurriyet daily news
Suara adzan kembali berkumandang pada Jumat (1/7) kemarin dari dalam bangunan Hagia Sophia untuk pertama kalinya sejak 85 tahun.
Rep: Retizen Red: Elba Damhuri

REPUBLIKA.CO.ID, Hagia Sophia kembali ramai diperbincangkan karena akan diubah fungsinya menjadi masjid. Saat ini Hagia Sophia yang terletak di Kota Istanbul, Turki, merupakan sebuah museum yang dikunjungi jutaan turis setiap tahunnya.


Rencana Presiden Turki FRecep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid merupakan hal biasa saja. Bukan sesuatu yang berlebihan dan harus dihadapi dengan emosi tingkat tinggi.

Turki sebagai negara berdaulat berhak mengubah apapun yang ada di negaranya menjadi nama lain. Turki berhak mengubah lapangan golf menjadi pusat peternakan, mengubah tempat militer menjadi pasar, dan tentu saja mengubah gereja menjadi masjid.

Ingat, ubah fungsi tempat ibadah ini terjadi di banyak negara juga. Tidak sedikit, misalnya, masjid-masjid yang ditutup, diubah fungsinya, dari tanah Yunani sampai Spanyol.

Kita tahu persis Kapel Palatina di Italia adalah bangunan yang tadinya masjid. Namun karena adanya pergantian kekuasaan dari Islam ke Kristen, fungsi masjid diubah menjadi gereja.

Hal sama terjadi di Gereja San Giovanni degli Eremiti, Italia. Banguna yang di kelilingi kubah masjid itu dulunya adalah masjid dan kini berubah menjadi gereja.

Belum lagi kita bicara tentang Spanyol. Bagaimana negara itu dengan kuasa penuhnya mengubah masjid menjadi gereja.  

Di Yunani dan negara-negara Barat lain, masjid yang ditutup banyak sekali jumlahnya. Masjid diganti fungsi menjadi pasar, toko, pusat militer, hingga tempat hiburan.

Jadi, jika Turki ingin mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, itu hak dan kedaulatan penuh Turki. 

Langkah Erdogan untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid merupakan hal wajar dan tidak perlu diributkan. 

Apalagi ributnya sesama Muslim seperti yang dilakukan sejumlah ulama Mesir. Sepertinya, mereka harus banyak baca sejarah lagi.

Pengirim: Jaka Sumanta, Jatiwawingin, Bekasi, Jawa Barat

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler