Anak Batuk Pilek, Bolehkah Tetap Diimunisasi?
Dokter akan memeriksa kondisi anak sebelum memberikan imunisasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Andaikan jadwal imunisasi tiba saat anak sedang batuk pilek, apa yang harus dilakukan? Dokter spesialis anak RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr Caessar Pronocitro, SpA menjelaskan, sebenarnya kondisi batuk pilek ringan tanpa demam bukanlah kontraindikasi untuk vaksinasi.
"Anak yang batuk pilek tanpa demam tetap boleh diimunisasi,” ungkapnya dalam acara webinar yang diselenggarakan Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Rabu (1/7).
Caessar mengatakan, sebelum menyuntikkan vaksin, dokter terlebih dahulu akan memastikan anak tidak berada dalam kondisi penyakit berat. Kalau hanya batuk pilek ringan, anak boleh mendapatkan imunisasi.
Bagaimana kalau anak sedang mendapatkan pengobatan? Menurut Caessar, sebagian besar obat-obatan, termasuk antibiotik, tidak memengaruhi potensi vaksin.
Anak-anak yang sedang mengonsumsi obat boleh untuk tetap divaksinasi. Namun kondisi anak harus diperiksa terlebih dahulu, apakah penyakitnya sedang dalam kondisi berat atau tidak.
"Kalau tidak dalam kondisi penyakit berat, boleh diimunisasi," jelasnya.
Caessar mengungkapkan, memang ada beberapa obat yang bisa memengaruhi potensi vaksin, yaitu obat-obatan yang bersifat menekan imunitas untuk jangka waktu lama. Bila anak mendapatkan pengobatan seperti ini, maka dokter akan menunda pemberian vaksin.
"Jika anak sedang mengonsumsi obat, boleh dikonsultasikan dulu dengan dokter, diberi tahu obatnya apa sehingga dokter bisa memutuskan ini termasuk yang tetap boleh diimunisasi atau ditunda,” paparnya.
Semua vaksin penting
Selain mengenai batuk pilek juga obat-obatan, banyak mitos lain mengenai vaksinasi yang beredar dimasyarakat. Salah satunya ada yang menganggap sebagian vaksinasi tidak wajib sehingga tidak penting diberikan.
Caessar menjelaskan, sebenarnya tiap vaksin mencegah penyakit yang berbeda. Sebagian vaksin sudah disubsidi oleh pemerintah, sehingga lebih dikenal seperti Hepatitis B, BCG, polio, serta difteri pertusis tetanus (DPT) kombo dan campak. Namun, bukan berarti vaksin lain tidak penting.
Contohnya, pneumococcal conjugate vaccine (PCV) yang mencegah peradangan paru-paru (pneumonia) dan peradangan selaput otak (meningitis). Pneumonia adalah penyebab kematian balita nomor satu di Indonesia.
Selain itu, vaksin rotavirus mencegah diare akibat rotavirus. Diare adalah penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia.
“Jadi, penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin PCV atau vaksin rotavirus ini juga penting," tuturnya.
Walaupun vaksin-vaksin tersebut belum disubsidi oleh pemerintah, orang tua diserukan untuk tetap mengganggapnya penting. Sebab, tiap vaksin mencegah penyakit yang berbeda.
"Bila vaksin dilengkapi, tentu penyakit yang dapat dicegah juga lebih banyak,” jelasnya.