Cara Turki Tutup Mozaik Kristiani di Hagia Sophia
Pemerintah Turki akan mempertahankan gambar mozaik Yesus di Hagia Sophia.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki berencana menutup gambar Yesus, Bunda Maria, dan santo di Hagia Sophia dengan teknologi dan pencahayaan khusus. Hal tersebut, menurut laporan Greek City Times, dilakukan agar umat Muslim dapat beribadah dengan tenang di museum yang kini telah diresmikan menjadi masjid itu.
Dilansir dari Sputnik News, Ahad (12/7), tirai khusus akan digunakan selama ibadah berlangsung di Masjid Hagia Sophia. Kemudian, karpet juga akan digelar di lantai dan diterangi sehingga menggelapkan ruangan agar gambar tokoh Kristiani tersebut tidak terlihat.
Sebagaimana fungsinya yang sudah berubah menjadi masjid, maka para pengujung pun harus melepaskan alas kaki ketika memasuki Hagia Sophia. Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin meyakinkan perubahan Hagia Sophia dari museum menjadi masjid tidak akan menghentikan wisatawan yang ingin berkunjung. Mereka tetap bisa mengunjungi Hagia Sophia dan Hagia Sophia sebagai warisan dunia pun tidak akan hilang.
“Menjadikan Hagia Sophia sebagai tempat beribadah bukan berarti menahan wisatawan lokal atau asing mengunjungi situs itu, dan (pemerintah) Turki tetap akan mempertahankan ikon-ikon unik ajaran Kristen dan gambar mozaik Yesus Kristus di gedung itu,” ujar Kalin.
Namun, Kalin tidak merinci lebih lanjut mengenai melestarikan ikon-ikon Kristen tersebut. Ia khawatir hal itu dapat memicu kekhawatiran umat Kristen setelah keputusan Presiden Turki pada Jumat lalu yang mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
Sebelumnya, Metropolitan Hilarion dari Volokolamsk dari Gereja Ortodoks Rusia telah memperingatkan pada pekan lalu mozaik Yesus dan Bunda Maria yang diselamatkan secara ajaib itu kemungkinan besar akan rusak apabila Turki mengubahnya menjadi masjid.
Dalam sebuah wawancara dengan media Rossiya 24 Rusia, pemimpin gereja Ortodoks mengatakan ingin mengetahui nasib mozaik tersebut nantinya. Serta bagaimana nasib Hagia Sophia setelah bangunan ini berfungsi menjadi masjid.
Pertanyaannya ini dilontarkan setelah Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell. Ia menyesalkan langkah Erdogan yang mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid.
Hal yang sama juga dilontarkan oleh Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, yang mengatakan Athena dengan tegas mengutuk keputusan Turki tersebut. Menurutnya, keputusan Presiden Turki. Edrogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid setelah 85 tahun Hagia Sophia menjadi museum dianggap telah penghinaan karakter ekumenisnya.
Departemen Luar Negeri AS juga ikut menambahkan kekecewaannya atas keputusan Ankara mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. “Ini bagian penting dari 'Situs Bersejarah Istanbul' Situs Warisan Dunia UNESCO,” kata dia.
Sebelumnya pada 10 Juli 2020, Erdogan membenarkan telah menandatangani dekrit tentang status baru museum Hagia Sophia. Tidak lama setelah pengadilan administratif tertinggi Turki membatalkan dekrit 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum, yang berarti bahwa itu sekarang dapat digunakan sebagai masjid.