277 Perawat Jatim Terpapar Covid-19

Dari total 277 perawat yang terpapar Covid-19 itu, 12 di antaranya meninggal dunia.

Wikimedia
Seorang perawat yang bekerja sebagai nakes ruang Covid-19 meninggal dunia. (Ilustrasi)
Rep: Dadang Kurnia Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim Nursalam mengungkapkan, hingga 12 Juli 2020, ada 277 perawat di wilayah setempat yang terpapar Covid-19. Dari total 277 perawat yang terpapar Covid-19 tersebut, 12 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Perinciannya 7 perawat di Surabaya, dan sisanya di Tuban, Sidoarjo, Kota Malang, Sampang, serta Bojonegoro.


"Data Covid-19 perawat Jatim per 12 Juli 2020 itu yang terkonfirmasi positif ada 277. Kalau yang meninggal totalnya 12 orang," ujar Nursalam kepada Republika, Senin (13/7).

Nursalam mengatakan, terus melonjaknya pasien positif Covid-19 di Jatim membuat risiko tertular perawat menjadi lebih tinggi. Belum lagi, banyak pasien tanpa gejala yang periksa dan menjalani pelayanan di Puskesmas atau rumah Sakit. Sehingga ketika menjalani pemeriksaan, pasien tersebut tidak diberlakukan layaknya pasien Covid-19.

Dikatakan Nursalam, perawat juga merupakan profesi yang paling sering berinteraksi dengan pasien Covid-19, atau memiliki frekewensi, intensitas, time, dan type (FITT) kontak yang tinggi. Di mana perawat sangat intens berinteraksi mulai pendaftaran, periksa, sampai dirawat pasien menjalani perawatan.

Selain itu, kata Nursalam, intensitas kontak perawat dengan pasien juga tinggi. Rata-rata sekali interaksi dengan pasien, minimal 10 sampai dengan 15 menit. Perawat juga paling banyak melakukan tindakan terhadap pasien. Seperti tindakan limpah, tindakan mandiri, dan pemenuhan kebutuhan dasar bahkan aspek psikososiospiritual.

"Penataan dan pengelolaan jam kerja, beban kerja, kedisiplinan dalam APD, pemenuhan kebutuhan dasar termasuk kesejahteraan, misal insentif yang sampai sekarang belum terealisasi di Jatim menjadi sesuatu yang harus menjadi perhatian," ujar Nursalam.

Nursalam juga mengeluhkan belum dialksanakannya PCR kepada perawat secara masif dan berkala, minimal setiap 14 hari. Menurutnya ini sangat penting supaya bisa di deteksi sejak awal ketika ada perawat yang terpapar Covid-19. Tujuannya untuk melindungi perawat dan masyarakat dari risiko penularan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler