Orang Tua Abai Anaknya Masih Berkumpul Hingga Larut Malam

Hubungan anak dan orang tua yang kurang baik, sehingga minim pengawasan.

Republika/Musiron
Anak yang pada nongkrong malam (ilustrasi).
Rep: Uji Sukma Medianti Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Tawuran antar pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) pecah di Jatiasih, Bekasi. Mirisnya peristiwa itu terjadi pada Rabu (15/7) malam di tengah pandemi corona yang mengharuskan para pelajar sekolah secara daring dari rumah.


Peristiwa yang menewaskan satu orang anak di bawah umur itu dipicu oleh adanya ajakan antar kelompok dari sebuah fitur pesan di sosial media. Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah Kota Bekasi Aris Setiawan mengatakan ada banyak faktor yang menjadi penyebab tawuran masih marak terjadi di kalangan pelajar. Namun, kesimpulan sementara adalah faktor pengawasan dan pola komunikasi internal anak dengan keluarga.

“(Penyebabnya) faktor pengawasan dan pola komunikasi di internal anak dgn keluarga yang kurang terbangun dengan baik,” kata Aris saat dihubungi Republika, Jumat (24/7).

Aris menuturkan pola pengawasan itu dapat dilakukan pada saat anak memanfaatkan waktu luang, ketika menggunakan gadget juga mengawasi pergaulannya dengan teman sebaya.

Selain itu, ada juga faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti hubungan anak dan orang tua yang kurang baik, sehingga minim pengawasan saat anak di luar rumah. “Sering kita temui anak terlihat baik dan patuh di rumah, namun liar di luar,” ujar dia.

Selain itu, perlu juga kepekaan masyarakat terhadap anak-anak yang terkadang masih suka berkumpul hingga larut malam. “Masyarakat masih kurang care akan hal itu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Polres Metro Bekasi Kota menangkap delapan pelaku tawuran di Kampung Bulak, Kecamatan Jatiasih Bekasi. Dari delapan pelaku, tujuh di antaranya merupakan pelajar sekolah menengah kejuruan.

Polisi mengamankan barang bukti berupa dua buah senjata tajam berjenis celurit sepanjang 60 cm, satu buah gesper berwarna hitam merk Valcom, ponsel dan pakaian milik korban.

Pihak kepolisian masih terus mengidentifikasi mengenai kemungkinan adanya tersangka lain dalam kasus tawuran ini. Sebab, diketahui pada saat kejadian jumlah pihak korban ada 15 orang.

“Saat kejadian jumlahnya lebih dari delapan, dari pihak korban saja 15 orang. Mungkin dari pihak yang melakukan pembacokan itu lebih dari delapan orang. Itu SMK-nya Permata Bangsa dan SMK Gema Karya Bahana,” jelas dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler