Kekurangan Vitamin D Terjadi di Semua Kelompok Umur

Sumber utama vitamin D adalah ultraviolet B yang dipancarkan sinar matahari.

ANTARA/Maulana Surya
Warga tengah berjemur di Kampung Hepi, Joho, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). Sumber utama vitamin D berasal dari paparan ultraviolet B sinar matahari.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agar daya tahan tubuh tetap terjaga, kebutuhan nutrisi harus tercukupi, salah satunya vitamin D. Prof Dr dr Budi Setiabudiawan SpA(K) mengungkapkan, defisiensi vitamin D meningkat di negara-negara berkembang maupun maju.

Tak cuma di Indonesia, di China, India, dan negara-negara Timur Tengah kasus defisiensi vitamin D meningkat cukup drastis. Berdasarkan standar WHO, defisiensi vitamin D terjadi jika kadarnya di dalam darah adalah kurang dari 20 ng/mL.

Baca Juga



Budi mengungkapkan, kekurangan vitamin D terjadi pada hampir semua kelompok. Di Indonesia, angkanya cukup besar.

Data SEANUTS 2011 sampai 2012 mengenai kadar vitamin D menyebutkan bahwa anak Indonesia usia dua sampai 12 tahun mengalami defisiensi vitamin D sebesar 38,76 persen. Perempuan sebanyak 22,10 persen dan laki-laki 16,66 persen.

Kekurangan vitamin D terjadi pada hampir semua kelompok umur. Di Indonesia angkanya cukup besar.

Sekitar 61,25 persen ibu hamil dalam keadaan defisiensi vitamin D, sedangkan anak-anak antara 6 bulan sampai 12 tahun sekitar 44 persen. Pada perempuan dewasa (usia 18 sampai 40 tahun) angkanya 63 persen dan pada usia lanjut 78,2 persen.

Sementara itu, dalam penelitian kadar vitamin D pada ibu hamil yang dilakukan Universitas Padjajaran pada empat kota di Indonesia ditemukan bahwa 95,6 persen ibu hamil mengalami hipovitaminosis vitamin D. Rinciannya, kasus defisiensi sebesar 70 persen, sedangkan insufisiensi 25,6 persen. "Sekitar 70 persen ibu hamil alami defisiensi vitamin D," ujar ahli alergi imunologi anak.

Universitas Padjajaran juga melakukan penelitian pada bayi lahir, perempuan, lansia, dan penderita TBC tulang belakang, penderita lupus. Ternyata, semua dalam keadaan defisiensi vitamin D, kadar vitamin D-nya di dalam darah di bawah 20 ng/mL.

Budi merekomendasikan agar masyarakat menjaga kadar vitamin D di dalam tubuhnya. Vitamin D yang normal dalam tubuh kadarnya antara 30 ng/ml sampai 100 ng/ml. Andaikan kadarnya di bawah 30 atau diatas 20 ng/ml maka disebut insufisiensi. Sementara itu, defisiensi vitamin D terjadi apabila kadarnya dibawah 20 ng/ml atau 50 nmol/l.

"Jadi diusahakan status vitamin D kita ini harus dalam keadaan di antara 30 sampai 100 ng/ml,” sarannya dalam webinar Vitamin D3 Series: Lindungi Anak Indonesia Dengan Daya Tahan Tubuh yang Optimal, yang diselenggarakan oleh Kalbe, disimak di Jakarta, Kamis (23/7).

Faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin D ialah kadar paparan ultraviolet yang rendah pada negara dengan letak geografis pada garis lintang yang tinggi atau musim dingin. Padahal, sumber utama vitamin D, hampir 90 persen, berasal dari sinar matahari, yaitu ultraviolet B (UV B).

Faktor risiko lainnya adalah paparan sinar matahari yang tidak mencukupi. Aktivitas dominan dalam ruangan, pakaian yang sangat tertutup, dan menghindari sinar matahari (pemakaian pelindung atau tabir surya) bisa membuat orang mengalami defisiensi vitamin D. Di samping itu, warna kulit, lanjut usia, bayi baru lahir, kehamilan, obesitas, dan sindrom malabsorpsi, seperti irritable bowel disease juga berpengaruh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler