Israel Jajaki Normalisasi Hubungan dengan Bahrain

Bahrain dan Oman diperkirakan mengikuti jejak UAE normalisasi hubungan dengan Israel

AP / Oded Balilty
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pejabat senior Israel mengatakan, mereka sedang melakukan pembicaraan lanjutan dengan Bahrain terkait normalisasi hubungan kedua negara. Bahrain diharapkan menjadi negara Teluk Arab berikutnya yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Baca Juga


Pejabat senior Amerika Serikat (AS) yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa, dalam waktu dekat Bahrain dan Oman diperkirakan akan mengikuti jejak Uni Emirat Arab (UEA) yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Army Radio melaporkan, beberapa pejabat Israel sedang melakukan "kontak lanjutan" dengan Bahrain mengenai kemungkinan normalisasi hubungan.

Sebelumnya, kesepakatan normalisasi hubungan Israel-UEA tercapai setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan pembicaraan via telepon. Kesepakatan itu disambut baik oleh beberapa negara, termasuk Bahrain.

"Langkah bersejarah ini akan berkontribusi untuk memperkuat stabilitas dan perdamaian di kawasan itu," ujar pemerintah Bahrain, dilansir Times of Israel, Jumat (14/8).

Bahrain mengatakan, kesepakatan normalisasi hubungan UEA-Israel akan menghentikan aneksasi Tepi Barat dan memajukan kawasan menuju perdamaian. Kesepakatan UEA-Israel menandai perjanjian ketiga yang dibuat oleh negara Yahudi dengan negara Arab setelah Mesir (1979) dan Yordania (1994).

Delegasi Israel dan UEA akan bertemu dalam beberapa minggu mendatang untuk menandatangani perjanjian bilateral mengenai investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, dan pembentukan kedutaan besar kedua negara. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Kamis (13/8) mengatakan, hubungan Israel dengan negara Arab telah memasuki era baru. Dia menyatakan, kesepakatan normalisasi hubungan dengan UEA mencerminkan perubahan drastis dalam cara pandang Israel terhadap negara-negara Arab.

Netanyahu mengatakan, pada masa lalu Israel dianggap sebagai musuh dan penyebab ketidakstabilan di kawasan. Namun saat ini banyak negara yang melihat Israel sebagai sekutu strategis untuk stabilitas, keamanan, kemajuan, dan perdamaian. Netanyahu mengklaim akan ada negara-negara Arab lainnya yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

“Akan ada negara Arab dan Muslim lainnya yang akan bergabung dalam lingkaran perdamaian dengan kami. Israel dan negara-negara moderat di kawasan itu mendukung kemajuan dan melawan kekuatan ekstremis yang mengancam kita dan perdamaian dunia," kata Netanyahu.

Penasihat senior Gedung Putih sekaligus menantu Presiden Trump, Jared Kushner mengatakan, ke depan akan lebih banyak negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Menurut Kushner, pemerintah telah melakukan pembicaraan dengan negara-negara Arab lainnya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

"Kami berharap ini menjadi pemecah kebekuan di mana Israel sekarang dapat menormalkan hubungan dengan negara lain," ujar Kushner.

Israel sepakat untuk menangguhkan aneksasi wilayah Tepi Barat yang diduduki sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi hubungan dengan UEA. Namun, tidak diketahui apakah penangguhan itu dilakukan secara sementara atau permanen. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler