IDI Malut Minta Pemda Kaji Ulang Rencana Pembukaan Sekolah

Sebagian besar daerah di Malut masuk dalam kategori zona oranye Covid-19.

Antara/Asep Fathulrahman
Sejumlah murid SD mengikuti kegiatan belajar mengajar tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Maluku Utara (Malut) meminta pemerintah daerah agar pertimbangkan kembali rencana kegiatan pembelajaran secara tatap muka bagi siswa dan siswi di Malut. Menurut IDI, sebagian besar daerah di Malut masuk dalam kategori zona oranye Covid-19.

"Malut hampir secara keseluruhan kini berada di zona oranye dan pemda harus pertimbangkan rencana pembelajaran tatap muka bagi siswa, terkecuali Kabupaten Pulau Taliabu yang masuk zona hijau sejak awal sehingga bisa menerapkan proses belajar tatap muka," kata Ketua IDI Malut Alwia Assagaf di Ternate, Kamis (20/8).

Menurut Alwia, ada enam wilayah di Malut yang masuk kategori zona oranye. Sedangkan, Kota Tidore Kepulauan sejak Agustus kembali berada di zona merah, sebab dari jumlah pasien positif di wilayah tersebut mengalami peningkatan.

Untuk sekolah yang berada di zona merah, kuning dan oranye masih harus belajar dari rumah atau secara daring. Adapun, sekolah yang ada di wilayah zona hijau dibolehkan sekolah tatap muka.

Alwia menyebutkan, ada empat kategori wilayah terkait penyebaran Covid-19, yaitu wilayah risiko tinggi yang ditandai dengan zona merah, risiko sedang ditandai dengan zona oranye. Kemudian, risiko rendah dengan zona kuning dan zona hijau yang merupakan kabupaten/kota tidak atau belum terdampak.

Sedangkan, untuk status bahaya dari sebuah wilayah yang terpapar Covid-19, warna zona juga digunakan untuk menandai protokol kesehatan yang harus diterapkan dan dipatuhi dan untuk usia anak sangat berisiko tinggi tertular dan menularkan. IDI melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih tetap tidak menginginkan pemerintah membuka sekolah dengan tata muka.

Secara nasional, ada sejumlah alasan mengapa anak harus tetap belajar dari rumah. Salah satunya, kematian anak Indonesia akibat Covid-19 saat ini paling tinggi dibanding negara-negara di Asia Pasifik.

Sedangkan di Maluut sendiri, terdapat 96 orang anak yang telah tercapar Covid-19 dengan usia terbanyak usia 6 sampai 17 tahun. Jumlah tersebut mencapai 5,7 persen dari total kasus positif Covid-19 di Maluku Utara.

Dari 96 orang anak yang terpapar corona terdapat satu kasus kematian anak asal kota Tidore Kepulauan berumur 2 tahun dan memang ada penyakit atau kelainan sejak lahir, dan itu membuat imunitas tubuh menurun hingga terpapar Covid-19. Kendati kasus angka kematian anak yang diduga terkait virus corona di Maluku Utara baru satu kasus, akan tetapi Alwia meminta perhatian ekstra orang tua terhadap anak.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Ternate dalam waktu dekat berencana akan memberlakukan belajar tatap muka dan saat ini Pemkot Ternate tengah menyiapkan pedoman dan skema pembelajaran pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru, tetapi belum mendapat dukungan Gustu Covid-19 setempat.

Langkah ini dilakukan Pemkot Ternate akibat sebagian orang tua siswa kewalahan dalam program belajar daring yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Alasan lain, karena sebagian orang tua siswa tidak memiliki kuota data internet dan gawai.



Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler