Virus Corona Bisa Hidup Lama di Daging Beku

Perlukah kita khawatir dengan adanya virus corona di daging beku?

pixabay
Daging beku. News. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa masyarakat tak perlu khawatir mengenai kemungkinan tertular Covid-19 dari makanan atau kemasan makanan.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti asal Singapura dan Irlandia mencari tahu kemungkinan adanya potensi penularan Covid-19 melalui makanan. Studi tersebut mengungkapkan bahwa virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, dapat bertahan di daging-dagingan beku dalam waktu yang cukup lama.

Melalui studi yang dimuat dalam bioRxiv ini, tim peneliti mengontaminasi beberapa jenis daging dengan virus corona tipe baru, SARS-CoV-2. Jenis daging yang digunakan adalah daging ikan salmon, ayam, dan babi.

Seluruh daging yang telah terkontaminasi SARS-CoV-2 disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu 4 derajat Celcius, minus 20 derajat Celcius, dan minus 80 derajat Celcius. Tim peneliti lalu memeriksa daging-daging tersebut pada waktu-waktu tertentu, yaitu 1, 3, 5, 7, 14, dan 21 hari setelah daging dikontaminasikan dengan SARS-CoV-2.

Hasil studi menunjukkan bahwa daging-daging tersebut masih terkontaminasi oleh SARS-CoV-2 pada hari ke-21 atau setelah tiga pekan. Kontaminasi ini ditemukan pada daging yang disimpan pada ketiga suhu, yaitu 4 derajat Celcius, minus 20 derajat Celcius, dan minus 80 derajat Celcius.

"Tak ada penurunan virus setelah 21 hari pada suhu 4 derajat Celcius dan minus 20 derajat Celcius," jelas tim peneliti, seperti dilansir Fox News.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa masyarakat tak perlu khawatir mengenai kemungkinan tertular Covid-19 dari makanan atau kemasan makanan. Tim peneliti juga menyatakan bahwa kemungkinan adanya transmisi melalui makanan itu kecil.

Meski kemungkinannya kecil, studi telah membuktikan bahwa virus dapat bertahan pada situasi yang mirip dengan kondisi pendistribusian dan penyimpanan daging. Pergerakan makanan yang terkontaminasi SARS-CoV-2 dapat berpotensi memunculkan kasus baru di daerah-daerah yang semula bebas Covid-19. Bila hal ini terjadi, bukan tak mungkin wabah kembali muncul di daerah-daerah yang sebelumnya bebas Covid-19 tersebut.

"Penting untuk memahami risiko suatu benda terkontaminasi, dan tetap terkontaminasi di saat barang tersebut dieskpor, dan virusnya bertahan selama di perjalanan," jelas tim peneliti.

Beberapa tempat pengolahan daging di Amerika Serikat sempat ditutup karena pekerjanya terinfeksi Covid-19. Tim peneliti menilai pekerja dan lingkungan yang terinfeksi memungkinkan terjadinya kontaminasi daging pada proses pemotongan dan pemrosesan daging.

"Kami meyakini kemungkinan bahwa makanan impor yang terkontaminasi dapat menularkan virus ke pekerja dan juga ke lingkungan. Petugas yang menangani makanan terkontaminasi memiliki potensi untuk menjadi kasus indeks (kasus pertama) dari wabah baru," ujar tim peneliti.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menilai otoritas yang berperan dalam menjaga keamanan pangan dan pelaku industri makanan perlu lebih waspada. Pihak-pihak terkait perlu melakukan penyesuaian kenormalan baru untuk meminimalisasi risiko kontaminasi SARS-CoV-2 pada makanan.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler