Dokter: Happy Hypoxia Hanya Terjadi pada Orang dengan Gejala
Pasien tidak merasa sesak karena banyaknya infeksi menghambat sinyal ke otak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter menyebutkan bahwa gejala happy hipoxia pada Covid-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala. Kondisi itu tidak terjadi pada orang yang tidak memiliki gejala sama sekali.
Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr Erlina Burhan SpP dalam webinar tentang kampanye pakai masker di Jakarta, Jumat (4/9), menjelaskan bahwa gejala happy hypoxia harus segera mendapat pertolongan agar pasien bisa diselamatkan.
Happy hypoxia merupakan keadaan di mana pasien Covid-19 mengalami kekurangan oksigen di dalam darahnya, namun sang pasien tidak merasakan sesak. Hal tersebut berbahaya bagi tubuh karena seseorang merasa baik-baik saja padahal sejatinya sedang kekurangan oksigen.
Namun, Erlina menegaskan bahwa happy hypoxia hanya terjadi pada orang yang terinfeksi Covid-19 dan memiliki gejala lain. "Happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tanpa gejala. Gejala lainnya ada, seperti demam, flu, yang tidak ada gejalanya cuma sesak," kata Erlina.
Oleh karena itu orang yang terinfeksi Covid-19 dan memiliki gejala lain seperti demam atau flu sebaiknya segera hubungan layanan kesehatan terdekat. Terlebih lagi apabila gejala yang dialami semakin berat sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan.
Happy hypoxia yang menyebabkan pasien yang terinfeksi Covid-19 tidak merasakan sesak karena banyaknya infeksi yang terjadi pada tubuh akibat virus SARS CoV 2. Infeksi yang terjadi pada tubuh menghambat sinyal yang dikirimkan ke otak akibat terjadinya inflamasi.
Pada kondisi normal seseorang biasanya memiliki saturasi oksigen antara 95 sampai 100 persen. Dalam keadaan saturasi oksigen normal maka sel darah merah atau hemoglobin dapat mengikat oksigen dengan baik lalu akan menyampaikannya ke seluruh sel pada jaringan tubuh. Namun, saat mengalami hypoxia maka saturasi oksigen mengalami penurunan di bawah level normal.