Menkop: Pertumbuhan Ekonomi RI Tergantung Pasar Domestik
Daya beli masyarakat saat ini sangat terbatas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menegaskan, pertumbuhan ekonomi nasional di tengah krisis multidimensi yang disebabkan wabah Covid-19 ini, bertumpu pada ekonomi domestik. Maka, ia mendorong masyarakat berbelanja produk lokal khususnya produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga terjadi perputaran ekonomi di sektor tersebut.
Dirinya menjelaskan, daya beli masyarakat saat ini sangat terbatas. Hanya saja jika belanja domestik fokus di sektor UMKM, nilai transaksi perdagangan tidak akan lari ke luar UMKM.
"Penduduk Indonesia 260 juta jiwa, potensi pasar yang sangat besar. Kalau kesadaran masyarakat kita membeli produk UMKM kuat, kita masih bisa bertahan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19," kata Teten melalui keterangan resmi pada Jumat (11/9).
Menurutnya, investasi masih akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi. Maka ekonomi domestiklah yang bisa diandalkan.
Teten menyebutkan, ada dua sumber ekonomi domestik. Pertama, belanja pemerintah dan kedua, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memprioritaskan produk UMKM, dengan total anggaran mencapai Rp 307 triliun.
"Sekarang tinggal masyarakat, beli produk UMKM, produk tetangga, beli produk teman sehingga game of trade berputar di sektor UMKM," tegasnya. Ia berharap, tumbuh rasa nasionalisme yang kuat di masyarakat melalui pembelian produk UMKM.
Menkop menambahkan, pemerintah sudah turun memberi berbagai program bantuan demi menjaga kelangsungan UMKM yang terpuruk akibat terjangan wabah Covid-19. Melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pemerintah memberikan program bantuan bagi KUMKM dari sisi pembiayaan seperti subsidi kredit, keringanan pembayaran cicilan kredit, penghapusan pajak UMK, pembiayaan dengan bunga rendah hanya 3 persen, pembiayaan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan lain sebagainya. Pembiayaan KUR dialokasikan pemerintah sebesar Rp 190 triliun baru terserap sekitar Rp 61 triliun.
Guna menjaga dari sisi demand, kata dia, pemerintah juga membuat program Banpres Produktif untuk Pelaku Usaha Mikro unbankable sebesar Rp 2,4 juta per orang. Target sasarannya sebanyak 12 juta pelaku usaha mikro.