Defisit Anggaran AS Tembus Rekor 3 Triliun Dolar AS

Defisit anggaran ini melebihi rekor defisit saat AS berjuang keluar dari krisis 2008.

AP Photo/J. Scott Applewhite
Awan gelap menaungi Gedung Capitol di Washington, beberapa waktu lalu. Defisit anggaran AS telah mencapai rekor tertinggi lebih dari 3 triliun dolar AS pada tahun ini.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Defisit anggaran AS telah mencapai rekor tertinggi lebih dari 3 triliun dolar AS (sekitar Rp 45.000 triliun). Ini didorong oleh pengeluaran besar-besaran pemerintah untuk bantuan virus corona.

Baca Juga


Pemerintah federal menghabiskan lebih dari 6 triliun dolar AS dalam 11 bulan pertama tahun keuangannya. Departemen Keuangan menyebutkan, dana tersebut sudah termasuk 2 triliun dolar AS untuk program virus corona.

Dilansir BBC, Sabtu (12/9), angka tersebut melebihi 3 triliun dolar AS yang diperoleh dari pajak. Kekurangan ini lebih dari dua kali lipat rekor setahun penuh sebelumnya, yang dibuat pada 2009. Pada saat itu, Washington bergulat dengan dampak krisis keuangan perumahan tahun 2008.

Bahkan sebelum pandemi, AS berada di jalur yang tepat untuk mengalami defisit lebih dari 1 triliun dolar AS tahun ini, nilai yang besar menurut standar historis. Tetapi pengeluaran yang disetujui untuk mencoba meredam dampak finansial dari virus telah meledakkan proyeksi tersebut.

Kantor Anggaran Kongres bulan ini memperkirakan bahwa AS akan mengalami defisit setahun penuh sebesar 3,3 triliun dolar AS, lebih dari tiga kali lipat kekurangan yang tercatat tahun lalu. Tahun keuangan pemerintah federal berakhir pada bulan September.

Badan itu mengatakan pihaknya memperkirakan total utang AS melebihi 26 triliun dolar AS.

Pada sidang di Washington pada bulan Juni, Jerome Powell, kepala bank sentral AS, mengatakan kepada anggota Kongres bahwa jalur pengeluaran Amerika tidak dapat dipertahankan. Namun, kekurangan seharusnya tidak menjadi prioritas mengingat keadaan ekonomi.

Perekonomian menyusut pada tingkat tahunan lebih dari 30 persen dalam periode April-Juni, kontraksi kuartalan terburuk dalam catatan. Data menunjukkan pemutusan hubungan kerja dan penutupan bisnis terus berlanjut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler