Bocah Perempuan di India Mati Kelaparan Akibat Pandemi Covid
Orang tua bocah India, Sonia Komari tak punya pendapatan akibat pandemi Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seorang anak perempuan berusia lima tahun di India meninggal dunia karena kelaparan. Orang tuanya tidak mendapatkan bantuan pemerintah dan tidak memiliki pekerjaan usai pemerintah menutup aktivitas ekonomi demi menahan laju penyebaran virus corona.
Bersama orang dan dua orang saudara kandungnya, Sonia Kumari tinggal di desa Nagla Vidhichand dekat kota Agra yang terkenal dengan bangunan ikonik Taj Mahal. Kumari meninggal dunia pada 25 Agustus lalu karena orang tuanya tidak mampu membeli makanan dan obat-obatan.
Dilansir dari Telegraph, Rabu (16/9) ibunya, Sheela satu-satunya pencari nafkah di keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ayahnya, Pappu tidak dapat bekerja karena menderita masalah pernapasan.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) sudah memperingatkan pandemi virus corona dapat mendorong lebih dari 400 juta warga India masuk ke jurang kemiskinan. Sementara angka pengangguran di negara itu melonjak saat jumlah kasus infeksi virus corona tembus 5 juta kasus.
Bangunan tempat Sheela ditutup setelah pemerintah memberlakukan karantina nasional pada 25 Maret lalu dan baru dibuka perlahan-lahan pada 1 Juni. Seperti 90 persen warga India lainnya Sheela bekerja di sektor informal, ia mengandalkan upah harian tanpa kontrak. Ia tidak memiliki tabungan sama sekali.
Di India Today TV, Sheela Kumari mengatakan pada bulan pertama masa karantina nasional. Ia sama sekali tidak dapat bekerja dan keluarganya tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Tetangga-tetangga mereka sempat memberikan makanan seadanya selama 15 hari.
Namun, mereka tidak mampu terus menerus menyongkong keluarga itu dalam waktu yang lama. Putri mereka, Sonia sakit setelah tidak makan apa pun selama satu pekan. Selama berbulan-bulan kondisi Sonia kian memburuk, ia hanya sesekali makan ketika ibunya dapat pekerjaan di lokasi pembangunan dekat rumah mereka.
"Tidak ada satu butir gandum pun untuk dimana selama beberapa hari sebelum saudari saya meninggal, di hari Sonia meninggal, kami makan biskuit Parle-G dengan air," kata kakak Sonia, Pooja pada surat kabar The Hindu.
Warga miskin India mendapat perawatan kesehatan gratis dengan skema Ayushman Bharat. Tapi tidak menjangkau semua masyarakat karena birokrasi yang lambat.
Surat kabar The Hindu tidak dapat menemukan satu orang pun di desa tempat Sonia tinggal yang memiliki kartu Ayushman Bharat. Dalam teorinya pemerintah India harus menyediakan makanan pada semua rakyat miskin di negara itu hingga akhir bulan November.
Desa tempat Sonia tinggal tidak mendapatkan jatah makanan dari pemerintah. Keluarganya mengklaim mereka dimintai uang yang tak mereka miliki untuk mendapatkan kartu tersebut.
Pemerintah desa setempat menyebut kematian Sonia disebabkan muntah-muntah dan diare. Mereka membantah gadis cilik itu meninggal karena kelaparan. Tapi investigasi The Hindu menemukan para warga desa yang tidak makan selama berhari-hari hanya bisa mengandalkan tetesan tebu.
"Orang-orang ini tampaknya diberi makan secara tidak optimal dalam waktu yang lama, asupan makanan mereka yang buruk, sejumlah penyakit, dan buruknya sanitasi perlahan-lahan tapi pasti mendorong mereka ke jurang kelaparan atau hampir kelaparan," kata pakar kesehatan publik yang diwawancara the Hindu.
Usai penyelidikan atas penyebab kematian Sonia rampung. Pihak berwenang memberikan keluarga Sonia 50 kilogram tepung dan 40 kilogram beras, serta kartu jatah pembagian makanan gratis dari pemerintah.