India Selidiki Sepak Terjang LSM Turki di Kashmir

Aktivitas LSM yang berhubungan dengan Turki dinilai meningkat di Kashmir

AP Photo/Altaf Qadri
Anak-anak Kashmir sedang bermain, ilustrasi
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Badan intelijen India menyelidiki dan memeriksa sejumlah lembaga filantropi Turki yang tiba-tiba aktif di wilayah Jammu dan Kashmir. Penyelidikan itu digelar satu tahun setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato keras di Majelis Umum PBB tahun lalu.

Baca Juga


Salah satu sumber mengatakan pidato Erdogan itu merujuk pernyataan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan terkait situasi Kashmir. Salah satu petugas keamanan nasional India mengatakan penyelidikan intelijen juga mencakup peran individu yang terhubung ke organisasi nirlaba yang memiliki hubungan dekat dengan Turki.

"Penyelidikan yang lebih intensif terhadap kelompok dan individu yang diidentifikasi yang diyakini telah melewati garis merah dapat dilakukan nanti," kata sumber tersebut dikutip hindustantimes, Selasa (22/9).

Penyelidikan tingkat kedua dapat mencakup pemeriksaan terhadap dana asing dan penggunaannya. Beberapa bulan terakhir banyak laporan dari komunitas intelijen India mengenai masifnya upaya meradikalisasi Muslim India di Kashmir dan di daerah-daerah lain di negara itu.

Hasil pengamatan juga menunjukkan Ankara berusaha memperluas pengaruhnya, karena Presiden Erdogan ingin menantang dominasi Arab Saudi di dunia Islam pada tingkat global. Ia ingin menawarkan negara-negara Islam model Islam konservatif Turki yang dibentuk kembali dengan tradisi Ottoman.

Intelijen India juga melihat meningkatnya aktivitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki hubungan dengan Turki di Kashmir dan di daerah lain di negara itu. Beberapa LSM di antaranya memiliki koneksi dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AKP) yang berkuasa di Turki.

Meningkatnya aktivitas mereka terjadi ketika media Turki mengubah narasi, cakupan, dan analisis mereka mengenai tentang Kashmir. Kini media-media Turki menggunakan sudut pandang yang mencerminkan kepentingan Pakistan. Selain itu, media nasional Turki juga menggunakan orang-orang yang memiliki hubungan dengan separatis Kashmir untuk menyerang India.

Dalam laporan yang baru saja diserahkan kepada pemerintah, intelijen mencatat upaya LSM yang terkoneksi dengan Turki membantu warga Kashmir selama Ramadhan. Beberapa lainnya menyelenggarakan webinar dan acara lain yang membahas topik-topik seperti undang-undang kewarganegaraan, kerusuhan, dan kejahatan rasial.

Seorang pejabat mengatakan narasi yang diproyeksikan pada interaksi online ini dan di media sosial bersifat provokatif. "Ini bukan diskusi di mana sudut pandang yang berbeda disajikan tetapi dimaksudkan untuk memperkuat ketakutan seputar Islamofobia di India," kata pejabat itu.

Islamofobia telah menjadi tema yang berulang Pakistan dan Perdana Menteri Imran Khan gunakan untuk menyerang pemerintah India selama satu tahun terakhir. Pakistan mencoba merangkai narasi di sekitarnya di negara-negara Teluk dan negara-negara mayoritas Islam lainnya.

Tampaknya Erdogan juga menggunakan narasi ini saat ia mengecam India atas kerusuhan Delhi pada awal tahun ini. “Saat ini India telah menjadi negara tempat pembantaian. Pembantaian apa? Pembantaian Muslim. Oleh siapa? Hindu,” kata Erdogan dalam pidatonya di Ankara pada Februari lalu.

India mengecam pernyataan tersebut ‘tidak bertanggung jawab. Kementerian Luar Negeri menilai pernyataan Erdogan itu didorong oleh ‘agenda politik’.

“Komentar tersebut sebenarnya tidak akurat dan didorong oleh agenda politiknya. Kami tidak mengharapkan pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti itu dari Kepala Negara,” kata Kementerian Luar Negeri India. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler