Ilmuwan Temukan Bukti Bangsa Persia Penemu Stainless Steel
Orang Persia adalah pembuat baja yang sangat ahli sejak abad ke-11.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penemuan yang mendominasi akhir abad ke-20 ternyata ditemukan hampir 1.000 tahun sebelumnya. Salah satunya mengenai penemuan besi tahan karat.
Baja tahan karat (stainless steel) adalah aspek yang hampir ada di mana-mana dalam kehidupan modern. Kromium dicampurkan dengan logam lain dalam jumlah yang lebih kecil mampu memberikan perlindungan terhadap karat. Temuan ini memungkinkan kita menggunakan baja dengan cara yang dulu tak terbayangkan.
Ilmuwan Harry Brearley (1871 - 1948) dikenal sebagai penemu stainless steel atau baja tahan karat. Brearley menemukan baja tahan karat pada 1913. Baja tahan karat pertama kali diterapkan secara luas pada pertengahan abad ke-19 di Eropa.
Namun, penemuan baja tahan karat ternyata terjadi jauh sebelum itu. Penemunya adalah orang Persia.
Dilansir di IFL Science, Kamis (24/9) Dr Rahil Alipour, arkeolog dari University College London telah menemukan bukti bahwa orang Persia adalah pembuat baja yang sangat ahli. Bangsa Persia selama ratusan tahun memiliki gagasan yang sangat bagus tentang apa yang mereka lakukan.
Buktinya tidak hanya berasal dari baja kuno, tetapi dari sebuah manuskrip berjudul al-Jamahir fi Marifah al-Jawahi ('Ringkasan untuk Mengetahui Permata') dari abad ke-10 atau ke-11 menurut kalender barat.
Ringkasan tersebut mencakup formula untuk membuat baja dalam wadah. Itu adalah satu-satunya dokumen yang diketahui ada dari era ketika beberapa pembuat baja melek huruf.
Penulisnya, Abu-Rayhan Biruni, yang terkenal dengan luasnya pengetahuannya, merujuk pada bahan penting untuk pembuatan baja. Namun, perjalanan waktu berarti bahwa para sarjana modern tidak yakin apa sebenarnya bahan yang dibicarakan Biruni.
Dalam Journal of Archaeological Science, Alipour berpendapat bahwa bahan rahasia Biruni adalah kromit, yang kaya akan kromium.
"Penelitian kami memberikan bukti pertama dari penambahan yang disengaja dari mineral kromium dalam produksi baja," kata arkeolog, Alipour.
Dokumen kuno menyebut Chahak, Persia, sebagai pusat pembuatan baja. Alipour dan rekan penulis menemukan potongan baja tertinggal di terak wadah yang ditemukan di salah satu desa Iran yang dikenal sebagai Chahak.
Ini mengandung 1-2 persen kromium, jauh lebih sedikit daripada yang digunakan dalam baja tahan karat, tetapi cukup untuk memberikan ketahanan terhadap korosi.
Alipour juga menerjemahkan sebuah manuskrip abad ke-13 yang memuji baja Chahak karena polanya yang indah, tetapi menyebut pedangnya sebagai pedang yang rapuh.
Produksi baja pada mulanya lebih merupakan seni daripada sains. Akibatnya, penemuan jejak kromium dalam senjata dan peralatan baja kuno telah dianggap sebagai hal yang tidak disengaja.
Di era ketika kehidupan tentara bergantung pada umur panjang senjata mereka tetapi memiliki cukup waktu untuk membersihkannya, antikarat kurang penting daripada ketahanan. Namun demikian, jika metode itu diawetkan, itu bisa dengan mudah mengarah ke teknik pembuatan baja modern jauh sebelum ditemukan.