BPH Migas Kejar Realisasi Pembangunan Pipa Gas Cisem

Kejar realisasi, Kepala BPH Migas audiensi dengan bupati Batang

BPH Migas
Guna mendorong percepatan pembangunan pipa transmisi Cirebon - Semarang, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa bersama Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam, dan Direktur Gas Bumi Sentot Harijady BTP melanjutkan kunjungan kerja dan audiensi dengan Bupati Batang H Wihaji di Kantor Bupati Batang, (25/9).
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- BPH Migas tak henti-hentinya melakukan berbagai upaya agar pembangunan pipa gas bumi Cirebon- Semarang yang merupakan Proyek Strategis Nasional segera dapat terwujud.


Sejak penetapan PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai pemenang lelang pipa transmisi ruas Cirebon-Semarang tahun 2006 oleh BPH Migas dan ground breaking pada bulan Februari tahun 2020, sudah 14 tahun pembangunan ruas pipa tersebut belum ada kemajuan yang berarti dikarenakan kendala jaminan pasokan gas dan kepastian demand. Padahal proyek pipa gas bumi tersebut akan sangat diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Jokowi yang ingin mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batang, yang telah dilakukan peletakan batu pertama pada tanggal 30 Juni 2020.

Guna mendorong percepatan pembangunan pipa transmisi Cirebon - Semarang, setelah sebelumnya melakukan silaturahmi dan audiensi dengan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya, di Pekalongan, Jawa Tengah, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa bersama Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam, dan Direktur Gas Bumi Sentot Harijady BTP melanjutkan kunjungan kerja dan audiensi dengan Bupati Batang H Wihaji di Kantor Bupati Batang, (25/9).

Kepala BPH Migas, M Fanshurullah Asa pada kesempatan tersebut menekankan perlu ada percepatan alokasi gas dan kepastian demand di daerah Jawa Tengah, terutama Kabupaten Batang yang masih sangat rendah, walaupun saat ini sedang dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Guna meningkatkan demand, apabila dimungkinkan juga dibangun pabrik pupuk yang akan meningkatkan serapan gas sebesar 100 MMSCFD, seperti usulan saat audiensi dengan anggota Wantimpres Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya.

Hal ini akan berdampak terhadap ketersediaan pupuk di Jawa Tengah akan senantiasa terpenuhi untuk perkebunan dan pertanian tanpa menunggu produk dari wilayah lain. M Fanshurullah Asa yang akrab disapa Ifan lebih lanjut menjelaskan bahwa saat groundbreaking, HOA sudah siap, dan saat ini PT Rukun Raharja menyatakan sudah siap menjadi calon investor yang akan mendanai proyek tersebut.

Jadi mestinya proyek sudah berjalan saat ini. Konsesi 30 tahun berlaku dalam proyek ini, kalau pipa gas besar dan demand-nya tinggi, maka peluang BEP bisa lebih cepat, tidak sampai 30 tahun. 

"Semoga Bupati berkenan menyambut dan mewujudkan usulan kami. Nanti pasokan gas diambil dari Lapangan Utilisasi Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) Bojonegoro yang dikelola Pertamina EP Cepu (PEPC) , yang sedang disiapkan , saya berharap 100 MMSCFD," jelas Ifan.

Dengan harga gas yang lebih murah, menurutnya industri akan muncul dan serapan tenaga kerja akan signifikan. "Tolong salam dan sampaikan Pak Gubernur, Pak Ganjar, untuk terus bantu dorong pipa Cisem bisa segera terwujud, BPH Migas sangat perlu penguatan dari pimpinan wilayah" tambah Ifan.

Menanggapi Hal tersebut Bupati Batang, H Wihaji, menyatakan komitmennya bahwa  Kawasan Ekonomi Khusus di Batang menjadi kawasan yang ramah bagi investor. "Para investor dari dalam maupun luar negeri, datang ke Batang, kita layani sebaik-baiknya dan Kabupaten Batang akan dapat berbagai keuntungan, utamanya lapangan pekerjaan,"ujar Wihaji 

Lebih lanjut Bupati menyampaikan bahwa ini adalah bagian dari semangat untuk mengadakan lompatan-lompatan, meski kita rasakan covid-19 sangat mempengaruhi. Semangatnya adalah merah putih, semata-mata untuk kepentingan Indonesia. 

"Terkait rencana lompatan-lompatan besar inilah, tentu kami memerlukan arahan. Kadang-kadang ada ego antar Kabupaten, antar Dinas, bahkan antar Kementerian, tetapi intinya tetep lapangan kerja bagi rakyat. Kita perlu kepastian, listrik, air bersih, termasuk juga jaringan gas yang akan kita bangun ini. Tapi tentu memang harus kompetitif, sehingga semua bisa mendapatkan margin. Termasuk juga kompetitif terhadap negara lain, sehingga produk-produk hasil industri bisa laku jika dijual keluar negeri," Ungkap Wihaji. 

Wihaji juga sependapat dan setuju untuk dibangun pabrik pupuk di Batang, selain untuk menyerap gas juga untuk menjamin ketersediaan pupuk di Jawa Tengah.

Direktur Operasional KIW Ahmad Fauzie Nur, Direktur KIPB Wahyu Candra, dan Direktur Perumda-Purwaningsih, secara serempak menyampaikan perlunya ketersediaan alokasi gas untuk investasi di Batang dan juga harga gas yang kompetitif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler