Vaksin Covid-19 Moderna Picu Respons Imunitas Dewasa Tua

Dewasa tua ialah kelompok berisiko tinggi terhadap komplikasi parah akibat Covid-19.

AP Photo/Bill Sikes
Pesepeda melintas di depan gedung Moderna Inc di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, Senin (18/5). Moderna Inc melaporkan kemajuan signifikan terkait pengembangan vaksin corona.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kandidat vaksin virus corona yang dikembangkan Moderna Inc tampak menunjukkan adanya pembentukan antibodi yang sama kuatnya pada orang berusia 56 tahun ke atas seperti juga pada relawan dengan rentang usia 18 hingga 55 tahun. Efek sampingnya kira-kira setara dengan suntikan flu dosis tinggi, menurut para peneliti pada hari Selasa.

Hasil penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang keamanan pemakaian vaksin pada orang dewasa yang lebih tua. Inilah kelompok yang berisiko tinggi mengalami komplikasi parah akibat Covid-19.

"Temuan itu meyakinkan karena kekebalan cenderung melemah seiring bertambahnya usia," kata Dr. Evan Anderson, salah satu peneliti utama studi tersebut dari Emory University di Atlanta, dalam sebuah wawancara telepon.

Penelitian skala kecil ini merupakan perpanjangan dari uji coba keamanan Fase I Moderna, yang pertama kali dilakukan pada individu berusia 18 hingga 55 tahun. Penelitian ini menguji dua dosis vaksin Moderna - 25 mikrogram dan 100 mikrogram - pada 40 orang dewasa berusia 56 hingga 70 dan 71 serta usia yang lebih tua.

Secara keseluruhan, tim menemukan bahwa pada orang dewasa yang lebih tua yang menerima dua suntikan dari 100 mikrogram dosis dengan selang waktu 28 hari, vaksin tersebut menghasilkan tanggapan kekebalan kira-kira sejalan dengan yang terlihat pada orang dewasa yang lebih muda. Moderna sudah menguji dosis yang lebih tinggi dalam uji coba besar Tahap III, tahap terakhir sebelum meminta otorisasi atau persetujuan darurat.

Efek samping, termasuk sakit kepala, kelelahan, nyeri tubuh, menggigil dan nyeri tempat suntikan, dianggap ringan sampai sedang. Setidaknya dalam dua kasus, relawan mengalami reaksi efek samping yang parah.

Seseorang mengalami demam tingkat tiga, yang diklasifikasikan dengan suhu tubuh 39 derajat Celsius atau lebih, setelah menerima dosis vaksin yang lebih rendah. Anderson mengungkapkan, kelelahan lainnya berkembang begitu parah sehingga mencegah aktivitas sehari-hari untuk sementara.

Biasanya, efek samping terjadi segera setelah menerima vaksin. Menurut Anderson, keluhan tersebut dapat diatasi dengan cepat.

"Ini mirip dengan apa yang dialami banyak orang dewasa yang lebih tua dengan vaksin influenza dosis tinggi," kata Anderson. "Mereka mungkin merasa tidak enak atau demam."

Norman Hulme, warga Emory berusia 65 tahun, yang menggunakan dosis yang lebih rendah dari vaksin tersebut, mengatakan bahwa ia merasa terdorong untuk berpartisipasi dalam uji coba setelah menyaksikan relawan pertama di negara bagian New York dan Washington dapat melawan virus tersebut. Hulme bekerja sebagai pengembang multimedia senior.

"Saya benar-benar tidak mengalami efek samping sama sekali," kata Hulme, yang dibesarkan di daerah New York.

Hulme mengatakan, dia tahu vaksin Moderna menggunakan teknologi baru, dan mungkin ada risiko dalam penggunaannya. Akan tetapi, ia berkata, "seseorang harus melakukannya."

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler